ADVERTORIAL

Jajaki Kerja Sama Internasional, Museum NTB Gelar Seminar bersama Kurator Museum Australia

Mataram (NTB Satu) – Museum Negeri NTB menggelar seminar internasional bersama Senior Kurator Seni Museum Art Gallery Northern Territory Australia, Bryony Nainby, di Museum Negeri NTB, Rabu, 30 Agustus 2023.

Seminar internasional tersebut bertemakan ‘Penghormatan terhadap Leluhur, Dukungan terhadap Komunitas’. Seminar ini juga digelar dalam rangka Museum Negeri NTB untuk membangun kerja sama permuseuman lintas negara.

Kepala Dinas Dikbud NTB, H. Aidy Furqan mengapresiasi Museum NTB yang telah membangun hubungan kerja sama dengan Museum Art Gallery Northern Territory Australia.

“Saya sangat mengapresiasi hubungan kerja sama yang dirangkaikan dengan seminar ini menunjukan Museum NTB sudah mendunia,” ujarnya, saat membuka seminar, Rabu, 30 Agustus 2023.

Aidy mengatakan, bahwa dalam melakukan pelestarian budaya, perlu juga untuk melakukan seminar dan diskusi dengan museum-museum luar negeri untuk memahami peran dan fungsi museum.

IKLAN

“Jadi di samping itu juga kita dapat menambah pengetahuan tentang sejarah dan budaya. Terutama budaya kita,” tambahnya.

Dalam seminar ini, lanjut Aidy, juga menjadi tolok ukur untuk melakukan pengembangan terhadap museum, sehingga budaya yang berada di NTB ini tidak saja dikenal secara regional, namun dikenal secara nasional maupun internasional.

“Untuk itu saya harap agar museum terus melakukan inovasi dan penjaringan untuk membangun kolaborasi, baik itu nasional maupun internasional,” harapnya.

IKLAN

Sementara itu, Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam, SH., MH., yang diwakili oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kusumawati, S.Sos, berharap dengan seminar dan kerja sama ini dapat memberikan pengetahuan tentang budaya bagi museum, terutama awal mula budaya dibentuk.

“Jadi saya harapkan kepada peserta seminar untuk mendengar dengan seksama, agar diskusi ini dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan kepada kita,” ungkapnya.

Selanjutnya, dalam paparan materi oleh Senior Kurator Seni Museum Art Gallery Northern Territory Australia, Bryony Nainby, mengatakan, bahwa ada dua prinsip penting dalam diskusi ini, yaitu dalam konteks sejarah, benda-benda seni dari inspirasi budaya tidak bisa dilepas dari sejarah dan filsafat yang diyakini suku atau marga yang membuat benda seni.

Ia juga menjelaskan, dalam konteks tersebut benda seni yang dipamerkan di Quensen Art Gallery sebagai contoh yang merupakan simbol-simbol dari keyakinan, yang disampaikan dan dilakukan lewat ritual, adat istiadat. Lalu, tarian, lagu-lagu yang lestari dari generasi ke generasi dan alat serta kostum, yang dipakai dalam upacara-upacara sering kali memuat motif.

“Jadi motif-motif itu merupakan khas daya cipta, kreasi, per marga dan suku-suku tersebut, yang bermula pada tahun 1984,” tuturnya.

Tetapi di akhir tahun 70-an, sambungnya, karya-karya yang semula dilakukan di atas pasir, mulai berubah media menjadi akrilik dan juga motif-motifnya ditransformasikan dalam batik.

Transformasinya dengan bantuan pengrajin-pengrajin Indonesia disampaikan dalam motif batik, kain sutra dan motif-motif lain disebutkan dengan benda-benda yang membuat karya itu semakin lebih bagus.

“Motif seni yang dipresentasi ini, semenjak 40 tahun yang lalu, karya-karya seni seperti ini yang berasal dari gurun bagian tengah itu telah menarik perhatian dan lebih patut dihargai lagi lewat penghargaan karya seni,” ungkapnya.

Terlebih lagi, dengan mengembangkan kebudayaan setempat, hal tersebut dapat menunjang perekonomian masyarakat lokal. “Serta penguatan pariwisata berbasis kebudayaan,” pungkasnya. (JEF/*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button