Mataram (NTB Satu) – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ditunjuk sebagai satu dari 6 provinsi penyangga pangan nasional, untuk wilayah Indonesia Timur dalam menghadapi acaman El Nino atau fenomena pemanasan suhu muka laut yang berdampak pada musim kemarau.
Selain NTB, provinsi lainnya yang menjadi penyangga utama El Nino adalah 3 daerah di Jawa, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan.
Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), Balai perlindungan Tanaman Pertanian (BPTP) NTB mengaku optimis atas pilihan Kementerian Pertanian (Kementan) RI, untuk menjadikan NTB sebagai salah satu daerah penyangga pangan untuk wilayah Indonesia Timur.
“Insya Allah ya, apa yang menjadi harapan Pak Menteri, NTB sebagai salah satu daerah penyangga pangan itu sudah kita sosialisasikan dan tidak menjadi khawatir karena kita optimis dengan kondisi ini gitu. Kita sudah antisipasi semuanya terus kita koordinasi,” kata Kepala BPTP NTB, Baiq Rahmayati kepada NTB Satu, Jumat, 25 Agustus 2023.
Dalam hal ini, Maya, sapaan akrab Kepala BPTP NTB mengaku sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota, Bidang Pangan, Holtikultura, serta Sarana dan Prasarana untuk memastikan kalau kebutuhan pangan di NTB tersedia.
Termasuk memberikan dukungan berupa antisipasi terhadap hama dan penyakit tanaman lainnya kepada para petani di lokasi-lokasi yang sudah mendapatkan program Gerakan Tanam Nasional (Gertam), untuk mengantisipasi produktivitas pangan.
“Untuk pangan ada Gertam nya, kita dukung itu pada lokasi-lokasi yang sudah dapat progam gerakan taman nasional untuk mengantisipasi produktivitas pangan,” terang Maya.
Sebelumnya, Kementan RI memilih Provinsi NTB menjadi penyangga utama ketersediaan pangan mengantisipasi dampak kekeringan (cuaca panas) El Nino, khususnya untuk wilayah Indonesia Timur.
Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, Provinsi NTB merupakan salah satu wilayah subur yang memiliki tingkat produktivitas tinggi. Karena itu, dia ingin NTB menyuplai kebutuhan beras bagi masyarakat luas di seluruh Indonesia. Yang penting, ucap Syahrul, petani mau melakukan percepatan tanam saat air masih tersedia dengan baik. (MYM)