ADVERTORIAL

Sektor Pertanian NTB Diminta Mulai Lakukan Mitigasi Perubahan Iklim

Mataram (NTB Satu) – Sektor pertanian dikabarkan akan menjadi sektor yang paling berdampak atas perubahan iklim. Mengantisipasi hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) NTB meminta pelaku pertanian di NTB mulai melakukan mitigasi.

Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Inovasi dan Teknologi Brida NTB, Lalu Suryadi, SP. MM., menyampaikan bahwa dalam mengembangkan sektor pertanian saat ini, tidak hanya mempertimbangkan aspek ekonomi saja.

“Tetapi aspek adaptasi perubahan iklim juga harus menjadi pertimbanga. Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, tentu perlu memainkan teknologi. Sebab, kita tidak akan mampu bertahan dengan teknologi tradisional menghadapi perubahan iklim,” ungkapnya kepada NTBSatu, Senin, 7 Agustus 2023.

Terlebih lagi sistem pertanian di NTB ini, kata Suryadi, masih tradisional dan sudah lumayan tertinggal yang membuat susah produktif.

“Hal ini karena dari dulu menggunakan bahan-bahan kimia yang memiliki batas tertentu dalam produktivitas. Berbeda dengan penggunaan bahan organik yang meningkatkan produktivitas dengan memperbaiki struktur tanah,” jelasnya.

Selain penggunaan bahan kimia yang perlu dikurangi, lanjutnya, pola tanam juga perlu diperhatikan dalam mitigas perubahan iklim. Namun, menurutnya di NTB sudah banyak pelaku pertanian yang bisa mengatur pola tanam tersebut.

Ia memberikan contoh sepeti lahan pertanian yang berada di Jalan Lingkar, sudah mengatur pola tanam dengan multiple cropping atau pertanaman ganda.

“Pola tanam tersebut memang disarankan untuk pertanian kita. Hanya saja itu dapat diterapkan untuk petani holtikultural, sayuran dan buah. Beda dengan tanaman pangan, semisal padi ya padi semua. Karna di tanaman hortikultura berguna untuk membantu dalam memberantas hama,” terangnya.

Misalnya pada lahan tersebut ditanami tembakau, maka di sebelahnya sayuran lain atau tanaman kacang yang bisa memperkaya unsur hara.

Bahkan untuk di tanaman pangan, ungkapnya, yang direkomendasikan setelah menanam padi adalah tanaman palawija termasuk kacang-kacangan untuk menyuburkan tanah dan mengikat nitrogen dari udara.

“Sehingga dapat mengantisipasi kegagalan panen atau gagal tanam. Termasuk kalau ada penyakit bila menggunakan pola tanam multiple cropping, yang diserang satu tanaman saja, tanaman lain masih aman,” tuturnya.

Pihaknya pun mendorong bagi pelaku sektor pertanian di NTB untuk mulai menerapkan teknologi juga dalam rangka mitigasi perubahan iklim.

“Belajar dari masalah tembakau kemarin, itu karena masalah sistem irigasinya. Sistem irigasinya masih manual, komunikasi dengan lembaga yang memberikan informasi cuaca juga kurang. Sehingga tidak tau akan hujan dan menyebabkan banyak yang layu, tergenang dan rusak,” ujarnya.

Maka, bila teknologi diterapkan pada masalah tersebut, ucapnya, kemungkinan kerugian yang terjadi akan minim.

“Oleh karenanya kami berharap banyak, agar penerapan teknologi di sektor pertanian segara diperhatikan,” harapnya. (JEF/*)

Show More

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button