Mataram (NTB Satu) – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Nusa Tenggara Barat (NTB) terus menggencarkan pengelolaan rumah maggot untuk mengurangi sampah organik. Rumah maggot saat ini sudah tersebar di seluruh wilayah NTB.
Rumah maggot ialah semacam peternakan hewan dengan nama BSF (Black Soldier Fly) atau ulat, kemudian hewan tersebut yang akan memakan dan mengurai sampah organik.
Dinas LHK NTB mengatakan, saat ini sudah ada 42 unit rumah maggot yang tersebar di NTB untuk pengolahan sampah organik.
“Untuk awalnya di Lombok, seiring perkembangannya sudah ada di Sumbawa, Sumbawa Barat, Bima hingga Dompu, dan kami terus mendorong penambahan rumah maggot, dari masyarakat juga banyak yang berinisiatif membuat secara mandi,” kata Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas LHK NTB, Firmansyah, Jumat 11 Agustus 2023.
Baca Juga:
- Lima Siswa SD di Lombok Tengah Diduga Keracunan MBG
- Sesalkan Pernyataan Prof. Asikin, Maman: Audit Investigasi Dulu, Jangan Langsung Bicara Pansel
- Dibantai 6-0 di Liga 4 Nasional, Persidom Dompu Diolok-olok Netizen
- Dukung Interpelasi DAK, Demokrat–PPR Lawan Arus di DPRD NTB
Firmansyah menambahkan, manfaat rumah maggot yaitu mengelola sampah organik menjadi beberapa produk, termasuk pupuk kompos.
“Kalau rumah maggot sendiri memiliki manfaat yang bagus ya untuk pengelolaan sampah seperti, sampah organik jadi dapat terurai dan terkelola dengan baik. Selain itu, produk maggot basah dan kering bisa dijadikan pupuk kompos,” ujarnya.
Selain itu, rumah maggot juga memiliki manfaat dari segi ekonomi. Masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari penjualan produk rumah maggot dan sudah memiliki pasar tersendiri.
“Manfaatnya ke masyarakat dari segi ekonomi, seperti masyarakat bisa mendapatkan nilai ekonomi dari penjualan produk berupa maggot basah maggot kering, kasgot, pupuk cair, pupuk padat, bahkan saat ini, telur dan baby maggotnya pun sudah ada pasarnya. Selain itu kami sudah mempunyai asosiasinya, namanya Asosiasi Maggoters NTB,” tutupnya. (WIL/*)