Mataram (NTBSatu) – Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Gelora NTB, Junardi merespons pernyataan elite PKS yang menganggap Partai Gelora di NTB sepi peminat.
Junardi menyesalkan pernyataan pengurus teras Partai Keadilan Sejahtera itu. Menurut Junardi, seharusnya PKS lebih mengedepankan penyampaian yang lebih konstruktif bagi kemajuan partai politik.
Terlebih PKS adalah partai yang telah lama berdinamika dengan atmosfer ketatnya persaingan antar partai politik. Karena itu, pernyataannya haruslah lebih dewasa dan bijaksana.
Junardi juga menyarankan agar PKS lebih memikirkan persoalan internal partainya ketimbang membuka konflik dengan partai lain. “PKS tidak usah paniklah, mending urus rumah tangganya,” kata Junardi kepada NTB Satu.
Sebab menurutnya, pola komunikasi politik yang tujuan utama untuk membangun jarak dengan partai lain merupakan kebiasaan lama. Cara itu sangat tidak sehat dalam iklim demokrasi yang sangat terbuka seperti sekarang.
Junardi juga mengatakan, seharusnya partai politik melakukan hal bermanfaat bagi masyarakat yaitu dengan berkolaborasi dengan sesama partai politik.
Oleh karena itu, Partai Gelora telah membangun iklim tersebut dengan banyaknya inovasi yang dihadirkan, baik bagi perbaikan bangsa dan negara. “Kita mencoba menggunakan inovasi,” ujarnya.
Junardi mengklaim bahwa pernyataan yang ditujukan kepada Partai Gelora itu bukan tanpa alasan. Sebab PKS tidak ingin konstituennya diganggu dan direbut oleh Partai Gelora yang membuat suara PKS nantinya tergerus.
“Ada sedikit respons yang kadernya secara terang-terangan keluar dari PKS,” pungkasnya.
Terlebih pernyataan itu secara spesifik mengarah kepada tokoh Partai Gelora di NTB yakni Fahri Hamzah.
Junardi mengatakan juga bahwa ketokohan Fahri Hamzah itu tidak bisa hanya dilihat secara simbolik saja. Namun harus dilihat secara basis konstituennya yang sangat kuat.
“Kami yakin bisa bersaing di NTB, ketokohan Fahri di semua kabupaten/kota cukup kuat,” tuturnya.
Menurutnya figur seperti Fahri Hamzah sebagai motor Partai Gelora di NTB masih memiliki pengikut yang cukup solid dan diperhitungkan.
Sebab daya tarik Fahri lebih banyak mengarah ke kalangan pemuda kritis yang notabenenya memiliki jumlah pemilih yang banyak daripada unsur pemilih lainnya.
“Fahri itu punya pengagum yang tidak perlu uang atau materi untuk mendapatkan suara,” pungkasnya.
Kemudian Junardi mengatakan Partai Gelora saat ini ingin mengedepannya politik yang konstruktif dan menghindari politik yang destruktif. “Kami ingin membangun optimisme di partai gelora,” ujarnya.
Sebelumnya kepada sejumlah media Ketua Badan Pemenangan Pemilu dan Pilkada (BP3) DPW PKS NTB Ahmad Sembirang, mengatakan bahwa kehadiran Partai Gelora bukan merupakan sebuah ancaman bagi PKS.
“PKS enggak merasa terancam dengan Gelora dan Fahri. Sekarangkan menunya sangat banyak penentuan pilihannya ada di tangan masyarakat sebagai pemilih. Hasilnya kita uji di Pileg nanti, siapa yang paling kuat mesinnya,” tutur Sembirang.
Begitupun dengan Ketua DPW PKS, Yek Agil mengatakan suara Gelora di NTB tidak terlalu signifikan. “Kalau persentase kader kami yang ikut ke gerbong itu tidak sampai dua persen,” ujar Yek Agil. (ADH)
Lihat juga:
- Kampanye Akbar Iqbal – Dinda di Kandang Rohmi – Firin Dipadati Lautan Manusia
- Oknum Personel Polda NTB Dilaporkan ke Polresta Mataram, Diduga Gelapkan Mobil Rp46 Juta
- Orasi Iqbal saat Kampanye Akbar di Kandang Rohmi-Firin: NTB Miskin, Bukti Salah Kelola
- Bawaslu Telusuri “Live” KPU Tayangkan Hasil Survei Jelang Debat Pilgub NTB
- Wujudkan Wilayah Bebas Korupsi, Plt Inspektur Pimpin Apel Integritas di RSUD Sumbawa