Mataram (NTB Satu) – Beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB telah melaksanakan Gebyar Pilah Sampah. Gebyar Pilah Sampah diikuti oleh berbagai pihak dan bertujuan untuk memberi edukasi kepada masyarakat soal tata kelola sampah di NTB.
Desa Semparu menjadi salah satu peserta yang diundang dalam Gebyar Pilah Sampah untuk mempresentasikan hasil olahan sampah. Kepala Desa Semparu, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, Lalu Ratmaji Hijrat mengatakan, pihaknya merintis TPS3R di Desa Semparu sejak tahun 2012. Soal tata kelola sampah, Desa Semparu terinspirasi dari berbagai kawan pegiat lingkungan. Kemudian, Desa Semparu menyadari bahwa permasalahan sampah di desa mestinya diolah, bukan dibuang.
Di Desa Semparu, Pemerintah Desa mengimbau kepada masyarakat untuk memfoto orang-orang yang telah membuang sampah secara sembarangan. Kemudian, dia akan mendapat keuntungan berupa uang sebesar Rp50.000 yang akan diberikan secara langsung oleh Pemerintah Desa.
“Hal tersebut merupakan strategi untuk menekan masyarakat supaya tidak lagi membuang sampah secara sembarangan. Berkat strategi tersebut, kini sudah jarang terdapat tumpukan sampah di Desa Semparu,” ujar Ratmaji, Senin, 6 Maret 2023.
Ratmaji memiliki pikiran bahwa sampah yang ada di Desa Semparu harus senantiasa dikelola. Walaupun belum sempurna, pihaknya terus berusaha untuk melakukan pengolahan. Untuk penanganan sampah, Ratmaji gelontorkan anggaran sebesar Rp500 juta yang berasal dari Dana Desa.
Menurut Ratmaji, apabila masyarakat menginginkan tidak terjadi permasalahan karena sampah, maka strateginya adalah mengolah sampah. Kemudian, hasil olahan sampah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Saat ini, sudah terdapat beberapa desa yang mulai mengikuti jejak Desa Semparu untuk mengelola sampah. Ratmaji sangat mengharapkan agar berbagai desa yang ada di Lombok Tengah bersedia dan sanggup untuk mengelola sampah yang berasal dari tempatnya. Hal tersebut dilakukan untuk membuat desa bebas dari sampah.
Desa Semparu mendapat informasi dari Dinas LHK NTB soal akan dilaksanakannya Gebyar Pilah Sampah. Desa Semparu diberitahukan bahwa konten dari Gebyar Pilah Sampah adalah pameran hasil pengelolaan sampah. Menurut Ratmaji, Desa Semparu sangat bangga dapat diundang di acara Gebyar Pilah Sampah.
“Acara Gebyar Pilah Sampah perlu untuk terus dilaksanakan. Hal tersebut, dapat memantik minat masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkannya. Kalau saja ada banyak desa yang memperhatikan soal tata kelola sampah, saya merasa permasalahan sampah tidak akan menjadi berat,” tandas Ratmaji.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.
Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.
“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.
Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.
Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.
“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)