Daerah NTB

Perairan NTB Dipastikan Nihil “Ciguatera Fish Poisoning”

Mataram (NTB Satu) – Kawasan perairan NTB dipastikan masih aman dari ancaman “Ciguatera Fish Poisoning” atau CFP yang kini banyak ditemukan di berbagai belahan dunia.

CFP merupakan salah satu tipe keracunan pada manusia yang terjadi akibat pengkonsumsian ikan-ikan karang yang telah terkontaminasi Ciguatoxin.

Hal tersebut tersampaikan dalam kegiatan International Workshop and Training tentang Ciguatera Fish Poisoning yang berlangsung di Hotel Merumatta, Senggigi, Lombok Barat. Kegiatan ini merupakan kolaborasi oleh Institut Teknologi Tndonesia (ITI), The North Pacific Marine Science Organization (PICES), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Pemprov NTB, Universitas Indonesia serta Universitas Mataram.

Ketua penyelenggara workshop Prof. Suhendar I Sachoemar mengatakan, kegiatan tersebut digelar untuk tingkatkan pembangunan jaringan peringatan lokal deteksi dan dimensi manusia terhadap keracunan ikan Ciguatera di masyarakat Indonesia.

Kegiatan berfungsi untuk mendesiminasikan teknologi serta meningkatkan kapasitas SDM pesisir dalam pemantauan kondisi lingkungan perairan dan pemahaman bahaya Ciguatera di wilayah pesisir Indonesia dengan mengadopsi pengetahuan ilmiah dari PICES yang dapat diterapkan di wilayah Indonesia.

“Kegiatan dimaksudkan untuk melaporkan hasil penelitian Tim Ciguatera di Gili Trawangan dan menyampaikan beberapa materi terkait dari PICES beserta materi pelatihan tentang Teknologi Pemantauan Lingkungan Perairan Hydrocolor, Fish-GIS, Planktonscope dan Foldscope,” ujar Suhendar, Rabu, 25 Januari 2023.

IKLAN

Sementara itu, Rektor Universitas Mataram Prof. Bambang Hari Kusumo dalam kesempatan tersebut turut mengajak masyarakat untuk senantiasa menjaga lingkungan, terutama terumbu karang untuk kebaikan ekosistem.

Masyarakat harus menghindari kegiatan-kegiatan yang dapat merusak terumbu karang seperti pengeboman serta menyandarkan perahu sembarang dan membuang jangkar kapal di area terumbu karang.

“Apabila masyarakat NTB yang tinggal di pulau-pulau kecil masih belum punya awiq-awiq, mesti segera buat awiq-awiq untuk mengatur sandaran perahu. Menyandarkan perahu harus di tempat tertentu, tidak boleh kemudian di lokasi yang merusak terumbu karang di sana,” ungkap Prof. Bambang.

Prof. Bambang menganjurkan seluruh pihak untuk tidak lagi mengambil terumbu karang sebagai bahan bangunan atau untuk hiasan. Hal tersebut, dapat berpotensi merusak lingkungan. Selain itu, masyarakat mesti menjaga wilayah darat agar tidak terjadi erosi yang dapat merusak zona terumbu karang di wilayah pesisir.

Terkait dengan Ciguatera Fish Poisoning yang sedang dibahas oleh para peneliti dalam negeri dan peneliti asing hingga kini belum ditemukan kasusnya di NTB.

Universitas Mataram dan stakeholder akan bentuk tim yang bertugas mengawasi perairan NTB untuk mengendalikan kerusakan terumbu karang.

“Yang perlu dicatat bahwa Ciguatera itu tidak ada di perairan NTB. Semua ikan-ikan yang hidup di terumbu karang masih aman untuk dimakan. Ini perlu ditahu agar tak meresahkan masyarakat,” tandas Prof. Bambang.

Rektor Universitas Institut Teknologi Tndonesia (ITI) Dr. Marzan A. Iskandar mengatakan, hari ini merupakan momentum yang sangat baik untuk memberikan pengetahuan tentang bahaya CFP yang telah menjadi isu global kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan seluruh pemangku kebijakan di pemerintahan, perguruan tinggi dan berbagai lapisan masyarakat, termasuk di NTB.

CFP muncul karena meningkatnya kegiatan manusia di wilayah pesisir serta karena adanya perubahan iklim serta pemanasan global. Hal tersebut dapat mengakibatkan banyaknya kerusakan terumbu karang sehingga memicu munculnya penyakit Ciguatera yang disebabkan oleh mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Ciguatoxin.

Riset tentang Ciguatera Fish Poisoning ini juga didukung oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Rumah Program Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN dalam penelitian tentang Potensi Ancaman Fenomena Marak Alga Berbahaya (MAB) dan Ciguatera Fish Poisoning (CFP) dalam Kaitannya Dengan Aktivitas Manusia di Kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Gili Matra, Lombok. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button