Pendidikan

Sabtu Budaya, SDN 48 Ampenan Rawat Budaya Melalui Permainan Tradisional

Mataram (NTB Satu) – Sekolah Dasar Negeri (SDN) 48 Ampenan, Kota Mataram menjadi salah satu sekolah yang konsisten memperkenalkan aneka budaya dan tradisi masyarakat kepada para pelajar melalui program Sabtu Budaya.

Sabtu Budaya sendiri merupakan kegiatan inovasi yang diharapkan mampu membentuk karakter mulia, anak-anak yang akan menjadi generasi masa depan. Memiliki rasa cinta, kepedulian dan bangga dengan budaya lokal dan tradisionalnya. Program ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2021 lalu.

Salah seorang guru SDN 48 Ampenan Ismi Kus Budiarti, S.Pd mengatakan, pada kegiatan Sabtu Budaya yang digelar Sabtu 21 Januari 2023, sejumlah permainan tradisonal dikenalkan kepada siswa, mulai dari permainan congklak hingga permainan kelereng.

Serunya permainan kelereng oleh siswa SDN 48 Ampenan

“Sejumlah permainan tradisional kita kenalkan ke anak-anak. Permainan tradisional itu untuk mendidik dan mengasah kreatifitas. Anak-anak juga bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama,” kata Ismi Kus Budiarti, Sabtu 21 Januari 2023.

Menurutnya, budaya sebagai sebuah identitas suatu daerah tidak saja penting untuk dilestarikan oleh masyarakat, tetapi sangat bermanfaat dalam pembentukan karakter peserta didik di sekolah.

Sehingga di setiap Sabtu Budaya, semua guru dan murid akan menggunakan pakaian adat. Selain pakaian adat, pihak sekolah juga diminta menggelar kegiatan yang bernuansa tradisional dalam rangka merawat tradisi yang tumbuh di tengah masyarakat.

Penggunaan pakaian adat di sekolah juga merupakan amanat Dinas Pendidikan Kota Mataram serta Peraturan Mendikbudristek Nomor 50 tahun 2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Regulasi ini lahir sebagai salah satu langkah untuk melestarikan budaya lokal.

Permainan congklak yang dikenalkan oleh SDN 48 Ampenan adalah salah satu permainan tradisional yang menjadi warisan budaya di Indonesia. Biasanya dalam permainan congklak, digunakan cangkang kerang, biji-bijian atau batu-batu kecil sebagai biji congklak.

Berdasarkan ulasan di warisanbudaya.kemdikbud.go.id, umumnya permainan congklak dimainkan oleh perempuan, terutama anak-anak yang berusia 6 sampai 12 tahun.

Congklak juga merupakan permainan yang melatih kejujuran. Dimana, saat pemain mengambil biji dalam satu lubang dan menjatuhkan pada lubang berikutnya, pemain lain tidak mengetahui apakah pemain lawan mengambil semua biji dan menjatuhkan satu per satu pada setiap lubang. Permainan yang telah disepakati sebisa mungkin tidak melakukan kecurangan dalam permainan.

Selain itu permainan juga melatih kesabaran. Karena, pemain dibiasakan akan menunggu giliran bermain. Termasuk, saat permainan selesai tidak ada satu pihak pun yang bertikai mempermasalahkan menang atau kalah. Anak-anak bisanya menyelesaikan permainan dengan senang dan menerima kenyataan terkait siapa pemenangnya.

Sementara permainan kelereng umumnya dimainkan oleh anak laki-laki. Permainan ini dapat dijadikan sebagai permainan anak yang bersifat rekreatif, edukatif, dan kompetitif. Kelereng juga dapat dikoleksi dengan tujuan nostalgia karena memiliki warna dan motif yang estetik dan menarik.

Di kegiatan Sabtu Budaya sebelumnya, di SDN 48 Ampenan kegiatan edukasi yang lain juga dilakukan, misalnya pengenalan nama-nama baju adat serta artinya. Ada juga kegiatan nonton bareng film animasi yang memiliki konten lokal seperti legenda Puteri Mandalika dan lain sebagainya.(ZSF)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button