Mataram (NTB Satu) – Nilai ekspor hasil tambang dari Provinsi NTB sepanjang tahun 2022 lalu cukup fantastis. Nilainya mencapai lebih dari Rp36,9 triliun.
Nilai itu akumulasi dari total hasil tambang yang dilaporkan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) secara kumulatif dari Januari hingga Desember 2022 ke Dinas Perdagangan Provinsi NTB dan berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) barang yang diterbitkan di daerah.
Secara kumulatif, nilai ekspor hasil tambang selama tahun 2022 mencapai US$2.463.631.345,38. Nilai ini dikalikan dengan nilai tukar rupiah sebesar Rp15.000 per dolar. Hasil tambang itu dikirim ke India, Jepang, Korea, Filiphina, dan China. Hasil tambang yang diekspor dalam bentuk konsentrat.
Hasil tambang konsentrat ini dikeluarkan dari Benete, Pelabuhan khusus perusahaan pengganti PT Newmont Nusa Tenggara di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat.
Sementara itu, hasil pertambangan batu apung yang dikirim ke luar negeri pada tahun 2022 lalu adalah US$1.657.074,24 atau senilai Rp24,856 miliaran, dan hanya dikirim ke China. Untuk komoditas non-tambang, selama tahun 2022 lalu, secara kumulatif mencapai US$55.522.435,36 atau setara dengan Rp832,8 miliaran.
Komoditas ekspor non-tambang terdiri dari hasil kerajinan buah kering ke Amerika Serikat dan Belanda. Kerajinan alang-alang, Kerajinan Batu Alam, Kerajinan Bambu ke Uni Emirat Arab. Kerajinan Kayu ke Korea dan Jerman. Teh kelor ke Jepang dan Belanda.
Selanjutnya, vanili ke Amerika Serikat, kopi ke Emirat Arab dan Kore. Jagung ke Filipina, rumput laut ke China. Mutiara ke China, India, Australia, Hongkong, Emirat Arab, Amerika Serikat, Jepang, dan Thailand. Udang Vaname ke India, dan Tuna ke Singapura.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Baiq. Nelly Yuniarti, mengatakan, Pemprov NTB melalui Dinas Perdagangan Provinsi NTB terus melakukan pendekatan dan upaya-upaya strategis untuk mendorong lebih banyak lagi ekspor komoditas nontambang. Kendala-kendala yang dialami oleh pelaku usaha potensial ekspor dicarikan solusinya.
Berbagai kendala yang dihadapi di daerah akan dicarikan benang merahnya. Misalnya, soal fasilitas transportasi ekspor seperti angkutannya. Pihaknya melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi NTB terkait tol laut.
Kemudian soal modal usaha, Baiq Nelly juga mengatakan, harus ada dukungan keberpihakan dari lembaga keuangan.
Sementara untuk kendala jaringan pasar ekspor, Baiq Nelly menyebut, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daearah adalah menjembatani pengusaha dengan negara-negara yang potensial menjadi tujuan ekspor. Pendampingan dan kemudahan-kemudahan untuk ekspor akan terus dilakukan. Untuk penerbitan Surat Ketengan Asal (SKA), kata Nelly salah satu kemudahan yang diberikan adalah jemput bola kepada pengusaha yang membutuhkannya. (ABG)