Mataram (NTB Satu) – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menemukan sebanyak 152 kasus gangguan ginjal akut pada anak-anak di Indonesia. Kasus yang masih misterius tersebut mengalami pelonjakan signifikan pada September 2022 sejak ditemukan awal tahun ini.
Hingga Jumat, 14 Oktober 2022, 152 kasus tersebut tersebar di 16 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi Kepulauan Riau, Papua Barat, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Data tersebut berasal dari IDAI.
Bahkan, puluhan anak dari Gambia, Afrika Barat, meninggal akibat gagal ginjal akut. Investigasi terkait penyebab meninggal, mengarah pada empat obat batuk buatan India.
Kepala Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan NTB, Baiq Fahmi Ilmiati mengatakan, walaupun belum memiliki data, sampai saat ini, Dinas Kesehatan NTB belum mendapat laporan mengenai adanya anak-anak yang mengidap gagal ginjal lantaran mengonsumsi obat-obatan. Namun, Fahmi menerangkan perlu melakukan riset lebih lanjut apakah memang obat-obatan dapat membuat gagal ginjal.
“Oleh karena itu, kami mengimbau kepada masyarakat agar memperhatikan aturan pakai setiap jenis obat. Izin edar obat yang dikonsumsi juga sangat perlu untuk diperhatikan,” ujar Fahmi, ditemui NTB Satu di Kantor Dinas Kesehatan NTB, Senin, 17 Oktober 2022.
Dari sektor peredaran obat, Dinas Kesehatan NTB telah melakukan edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan obat yang tepat. Fahmi menamakan program tersebut dengan nama, Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat atau Gema Cermat. Dalam program tersebut, Dinas Kesehatan NTB menggandeng sejumlah apoteker, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lainnya agar masyarakat makin sadar mengenai penggunaan obat yang rasional
“Bersama dengan Balai Besar POM, kami telah melakukan pengawasan terkait izin edar obat-obatan yang tersebar di masyarakat. Dari pengawasan tersebut, kami melakukan pemetaan mengenai obat layak konsumsi dan obat tidak layak konsumsi. Kami telah melalukan pengawasan melalui dua metode, pengawasan secara offline serta online,” jelas Fahmi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri mengatakan, penyakit selalu dapat dicegah. Maka dari itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB selalu memperkuat upaya promotif dan preventif mengenai berbagai penyakit, baik yang menular mau pun tidak menular. Terkait dugaan gagal ginjal yang disebabkan oleh konsumsi obat dan dialami oleh ratusan anak di Indonesia, Pemprov NTB akan memastikan seluruh obat yang beredar di NTB telah memenuhi standar dan uji kelayakan BPPOM.
“Untuk masyarakat yang posisinya sebagai konsumen, saya mengingatkan agar seluruh pihak mesti waspada dalam mengonsumsi obat-obatan yang beredar secara rasional atau sesuai dengan resep dokter. Itu sangat penting. Sebab, masyarakat sering kali mengobati diri sendiri tanpa memperhatikan indikasi-indikasi yang terkandung dalam obat,” ujar dr. Fikri, ditemui NTB Satu di ruangannya, Senin, 17 Oktober 2022.
Lebih lanjut, dr. Fikri menekankan agar masyarakat makin jeli dalam mengonsumsi obat-obatan yang beredar. Obat yang dikonsumsi harus sesuai dengan dosis, cara pakai, waktu pemakaian, dan lain-lain. (GSR)