Mataram (NTB Satu) – Lebaran semakin dekat, permintaan terhadap bahan pokok dan penggunaan transportasi udara kian meningkat selama periode mudik Lebaran. Meski demikian, Pemerintah Provinsi NTB melalui Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB sekaligus Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) NTB, Heru Saptaji optimis, inflasi yang akan terjadi pada bulan April tidak akan setinggi bulan Maret 2022.
Pada bulan Maret, terjadi inflasi sebesar 0,97 persen (mtm – month to month). Angka tersebut berasal dari kelompok komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices/AP). Misalnya, kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan pelonggaran perjalanan dan demand yang tinggi selama periode penyelenggaraan event MotoGP 2022. Sementara dari kelompok komoditas makanan bergejolak (volatile food/VF) pada Maret juga turut menyumbang, seperti kenaikan harga komoditas minyak goreng, yang disangka sebagai ulah mafia.
Angka inflasi itu, juga dampak dari gejolak antara Russia dengan Unraina. “Karena ketegangan geopolitik Rusia dengan Ukraina, perdagangan internasional mengalami hambatan. Dari sisi jalur komoditas, harga-harga saat ini sedemikian tingginya. Kita lihat harga pasokan energi saja dari US $ 48 per barel melonjak menjadi US $148 per barel, yang membuat harga BBM semakin tinggi,” terang Heru di Mataram, Rabu, 27 April 2022.
Sementara untuk bulan April, inflasi diproyeksikan akan turun menjadi 0,59 persen hingga 0,49 persen. Dari kelompok VF, tekanan harga diperkirakan masih muncul dari kenaikan harga komoditas bahan pokok, yang disebabkan kenaikan demand saat Bulan Ramadan dan menjelang Lebaran. Sedangkan kelompok AP, terdapat potensi kenaikan tarif angkutan udara selama periode mudik lebaran.
“Inflasi pada bulan April diperkirakan jauh lebih baik dari bulan Maret 2022, di tengah kondisi tantangan Ramadan dan Idhul Fitri, dimana sisi demand akan meningkat,” imbuhnya.
Untuk mencegah terjadinya peningkatan inflasi, TPID akan tetap melakukan sinkronisasi program, efektivitas perdagangan antar daerah, sidak pasar, dan sosialisasi pola konsumsi yang baik bagi masyarakat. (RZK)