Mataram (NTB Satu) – Kenaikan harga minyak dunia, berpengaruh pada harga BBM di Indonesia. Sehingga banyak isu beredar sebelumnya mengatakan, kenaikan harga BBM Research Octane Number (RON) 92 atau yang akrab disebut Pertamax bisa mencapai Rp16.000 per liter. Namun, setelah disahkan pada 1 April 2022, harga Pertamax dinaikkan dari Rp9000 per liter menjadi Rp12.500 per liter, dengan alasan tidak ingin memberatkan rakyat. Kondisi itu membuat penolakan di masyarakat tidak begitu terlihat.
Menurut ahli psikologi yang merupakan dosen Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram, Ni Luh Drajati Ekaningtyas, S.Psi., M.Psi., Psikolog., strategi yang digunakan oleh pemerintah dalam mengatur harga tersebut dalam ilmu psikologi disebut sebagai psychological pricing.
Ia menjelaskan, kemarahan rakyat mengenai isu dinaikkan Pertamax di angka Rp16.000 per liter menjadi rontok karena harga yang disahkan lebih rendah dari harga referensi. Sehingga timbul efek psikologis seolah-olah pemerintah hadir mendengarkan rakyat. Akibatnya, kemarahan atau protes tersebut berubah menjadi penerimaan.
“Pemerintah memberikan kita referensi harga, yakni Rp16.000 dilengkapi pendapat para ahli. Ternyata pas ketok palu hargnya Rp12.500. Jadi, menimbulkan efek psikologis yang menyebabkan kita mempersepsikan bahwa harga Rp12.500 ini bisa diterima, seolah-olah kita memiliki daya tawar dan sepakat dengan pemerintah. Itu salah satu psychological pricing,” ujarnya pada Minggu, 3 April 2022.
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui pernyataan tertulis pada 24 Februari 2022 lalu mengatakan, tren harga minyak dunia terus meningkat. Misalnya, Indonesia Crude Price (ICP) atau harga minyak mentah Indonesia pada April 2020 berada pada US$20/barel, dan kini sudah berada di atas US$100/barel. Sedangkan, asumsi ICP dalam APBN 2022 hanya sebesar US$63/barel.
Hal tersebut, menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan konflik Rusia dengan Ukraina. Karena pasokan minyak mentah dari Rusia dan Kazakhstan terganggu akibat kerusakan pipa Caspian Pipeline Consortium yang berdampak pada berkurangnya pasokan ke Uni Eropa.
“Hari ini sebagaimana diketahui, konflik Rusia dan Ukraina, dan terjadi di tengah pandemi Covid, semakin membuat tren harga minyak yang sudah meningkat, akan semakin meningkat, ” ungkap Agung. (RZK)