Daerah NTB

Ratusan Takmir dan Remaja Masjid Dilatih Melek Ekonomi Digital

Mataram (NTB Satu) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB bekerjasama dengan Pengurus Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi NTB menghadirkan 200 pengurus masjid yang terdiri dari Takmir dan Remaja masjid di Pulau Lombok. Mereka mendapatkan Pelatihan Pengelolaan Masjid Berbasis Digital dalam rangka Pengembangan ekonomi umat berbasis masjid. Pelatihan diselenggarakan di salah satu hotel di Kota Mataram, 1 April 2022.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Heru Saptaji melalui Deputinya, Akmaluddin Suangkupon menyampaikan bahwa digitalisasi dalam sistem pembayaran merupakan keniscayaan, bukan hanya karena biaya pengelolaan uang cash yang relatif besar, dan risiko dalam menghimpun dana secara cash, juga karena perkembangan teknologi dalam sistem pembayaran.

Saat ini sebagian besar masyarakat sudah banyak menjadi pengguna dompet digital, sehingga penggunaan QRIS yang didorong oleh Bank Indonesia, harapannya juga dapat diaplikasikan dalam kegiatan donasi/infaq, khususnya oleh pengurus masjid dalam menghimpun donasi dari masyarakat.

Hadir dalam kegiatan Pelatihan Takmir masjid, Kepala Kakanwil Kemenag Provinsi NTB, dan sebagai keynote speaker tokoh nasional ketua PB NWDI sekaligus Wakil Komisaris Utama Bank Syariah Indonesia Dr. TGH Muhammad Zainul Majdi, MA atau TGB.

Dalam kesempatan ini, TGB yang juga mantan Gubernur NTB dua periode ini menyampaikan, masjid adalah tempat yang mulia, sebagaimana dalam atsar ulama terdapat dua do’a masjid terhadap umatnya, yang pertama adalah

“Ya Allah, sebagaimana mereka memakmurkanku maka makmurkanlah kehidupan mereka”, dan do’a yang kedua adalah sebaliknya “Ya Allah, sebagaimana mereka menjauhiku maka jauhkanlah mereka dari RahmatMu”.

Lanjut TGB, karena kemuliaannya, masjid memiliki hak untuk dijaga marwahnya oleh para takmir.

“Maka jangan ada kegiatan di masjid yang bertentangan dengan kemuliaan Allah dan Rasulnya. Para Takmir adalah para pejuang yang harus memastikan setiap khatib dan penceramah yang naik di mimbar Masjid pantas berdiri di mimbar, yaitu mereka yang memiliki keilmuan yang memadai, integritas yang baik dan akhlakul karimah, serta cinta tanah air,” imbuhnya.

Pengelolaan Masjid selain memperhitungkan aspek mendasar dari kemuliaan masjid, juga harus memperhatikan kondisi sosial masyarakat di sekitar masjid dan kearifan lokal. Manakala ada contoh keberhasilan pengelolaan, maka agar mengadopsi konsep dan pondasi pemikirannya, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan untuk pengembangan ekonomi umat. Sebagaimana dicontohkan nabi saat mendirikan masjid juga sekaligus mendirikan pasar, dimana memakmurkan masjid dan memakmurkan umat berada dalam satu tarikan nafas. (ABG)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button