Kota Mataram

Kedelai Impor Meroket, Usaha Tahu Tempe di Mataram Minta Subsidi

Mataram (ntb satu) – Pengrajin tahu tempe di Kelurahan Kekalik Jaya kota Mataram menjerit dengan harga kedelai yang melambung tinggi. Industri rumah tangga di empat lingkungan yakni Kekalik Timur, Kekalik Kijang, Kekalik Barat dan Gerisak harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu tempe.

Di beberapa daerah di Pulau Jawa, pengrajin tahu tempe bahkan harus mogok produksi sebagai bentuk protes dengan melambungkan harga bahan baku ini.

IKLAN

Harga kedelai impor yang biasanya dibeli dengan harga Rp600.000 perkwintal, kini harganya hampir dua kali lipat yaitu Rp1.140.000 perkwintal.

Ketua KSU Kekalik Lestari Bersatu Syamsuddin mengakui para pengrajin tahu tidak bisa berbuat banyak. Lantaran harga kedelai yang sangat tinggi.

“Percetak harganya Rp30.000 tapi setelah harga kedelai naik jadi percetaknya naik menjadi Rp40.000 sampai Rp50.000,” katanya, Senin (21/2).

Ia menuturkan, pengrajin ataupun pedagang tahu tempe sejauh ini masih tetap bertahan di tengah harga kedelai yang menghimpit. Namun demikian, dirinya tidak menapik jika terdapat pengrajin tahu yang banting setir ke usaha lain karena tidak sanggup dengan biaya yang dikeluarkan.

IKLAN

“Kita sih berharap agar harga kedelai kembali normal dan ada subsidi dari pemerintah, sebab menjadi pengrajin tahu tempe adalah satu-satunya mata pencaharian yang dilakukan untuk menyambung hidup,” ungkapnya.

Produksi tahu tempe sudah dilakukan turun temurun. Selama ini, kedelai impor menjadi pilihan lantaran kualitas dan ketersediaannya di pasaran. Pengrajin tahu tempe sebetulnya sangat mengharapkan kedelai lokal. Namun ketersediaannya di pasaran yang menjadi persoalan. Selain kualitas kedelainya yang masih harus diperhatikan.

“Kalau ada kedelai lokal, kita senang sebenarnya. Tapi ketersediaannya yang tidak bisa dipastikan. Akhirnya kita harus gunakan kedelai impor. Kebanyakan dari Amerika. Kita nebusnya di pengusaha di Ampenan dan Cakra,” demikian Syamsudin.

Sementara itu, Lurah Kekalik Jaya Saprudin mengatakan, pengrajin tahu tempe sejauh ini masih beroperasi ditengah harga kedelai yang melambung. Sebagai mata pencaharian warganya, maka pihaknya akan melakukan yang terbaik sehingga pengrajin tahu tempe ini tidak sampai gulung tikar.

“Kita tampung semua keluh kesah para pengrajin yang selanjutnya diteruskan kepada pihak berkompeten dalam hal ini dinas pertanian. Intinya kita tampung dan kita tidak bisa mengambil keputusan,” ujarnya.

Saprudin melihat sejauh ini pengrajin masih mendapat untung namun menurun seiring dengan besarnya biaya yang dikeluarkan utamanya dari sisi pembelian kedelai.

Pengrajin tahun tempe di kelurahan Kekalik Jaya sebagian besar menggunakan kedelai import yang dibeli dari pengusaha yang ada di Ampenan. (ABG)

IKLAN

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button