Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mengatakan beras merupakan salah satu penyumbang inflasi terbesar pada sektor komoditas pangan.
Berdasarkan pantauan NTBSatu pada beberapa pasar acuan seperti Kebon Roek, Pagesangan, Mandalika, dan Sindu, dalam tiga bulan terakhir harga beras mengalami kenaikan fluktuatif sebelum tembus Rp16.000 per kilogramnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Mataram, Dr. Muhammad Firmansyah melihat “penyakit” inflasi beras ini akan terjadi bilamana pasokan berkurang dan masalah rantai pasokan.
Berita Terkini:
- Mahasiswa STKIP Taman Siswa Bima Gelar Kegiatan Kepramukaan di Taman Kalaki
- Resmi Jadi Universitas, UNBIM Siapkan 100 Beasiswa – Gratis SPP Selama Setahun
- Fahri Hamzah Bertemu Menteri Trenggono, Bahas Penataan Tempat Tinggal Nelayan
- Ternyata Segini Gaji Paus Leo XIV yang Baru Terpilih Gantikan Paus Fransiskus
“Kalau Bulog sudah bilang beras kita surplus, pasokan aman sampai tahun depan, dugaan saya ini mengarah pada tata niaga. Apakah ada penimbunan atau panic buying yang menyebabkan rantai pasokan bermasalah?”ujar Firmansyah pada NTBSatu, Selasa, 31 Oktober 2023.
Lebih lanjut, ia meminta agar pemerintah jangan membiarkan kenaikan beras ini terjadi dalam waktu yang lama, sebab dapat memberikan sentimen negatif terhadap harga pangan lainnya.
“Masyarakat mungkin menduga akan ada terjadi kelangkaan beras atau bahan pokok lainnya karena kemarau panjang ini. Maka dari itu, pemerintah harus lebih gencar melaksanakan operasi pasar.