Mataram (NTBSatu) – Perusahaan teknologi asal Jepang, Panasonic resmi mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal terhadap 10.000 karyawan di seluruh dunia.
Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi restrukturisasi perusahaan untuk menekan biaya operasional dan mempertahankan kinerja keuangan di tengah tantangan ekonomi global dan berubahnya tren pasar.
PHK ini mencakup sekitar 4 persen dari total tenaga kerja global Panasonic yang mencapai hampir 230.000 orang. Prosesnya secara bertahap dalam tahun fiskal yang berjalan. Targetnya rampung hingga Maret 2026.
Mengutip dari AFP dalam keterangan resminya, manajemen Panasonic menyatakan bahwa evaluasi menyeluruh sedang dilakukan terhadap efisiensi operasional seluruh unit bisnis. Terutama di divisi penjualan serta bagian non-produksi.
“Kami akan meninjau secara menyeluruh efisiensi operasional di setiap perusahaan grup. Terutama di departemen penjualan dan nonproduksi,” kata pihak Panasonic dalam pernyataan resminya, mengutip CNBC Indonesia, Sabtu, 10 Mei 2025.
“Kami akan mengevaluasi kembali jumlah organisasi dan personel yang benar-benar kita butuhkan,” tambahnya.
PHK tersebut akan terbagi rata, dengan 5.000 pekerja di Jepang dan 5.000 lainnya di luar negeri, sesuai regulasi ketenagakerjaan di masing-masing wilayah.
Penurunan Laba Bersih
Panasonic yang bermarkas di Osaka ini terkenal sebagai produsen berbagai peralatan elektronik sejak pertengahan abad ke-20, dan kini fokus memperkuat sektor baterai EV, otomotif, energi, hingga perumahan.
Reformasi ini merupakan kelanjutan dari rencana restrukturisasi manajemen yang telah Panasonic umumkan pada Februari lalu. Hal ini guna mengatasi tantangan struktural yang menghambat pertumbuhan.
Target utama perusahaan adalah meningkatkan keuntungan sebesar 150 miliar yen (sekitar 1 miliar dolar AS).
Namun, dalam laporan keuangan tahunan terbarunya, Panasonic memproyeksikan penurunan laba bersih hingga 15 persen dan penurunan penjualan sekitar 8 persen pada tahun fiskal 2025.
Data keuangan yang berakhir pada 31 Maret 2025 mencerminkan bahwa laba bersih perusahaan mengalami penurunan 17,5 persen, menjadi Rp366 miliar yen.
Panasonic mengakui bahwa turunnya permintaan global untuk kendaraan listrik menjadi salah satu faktor utama di balik penurunan kinerja.
Meski begitu, perusahaan belum menghitung dampak dari kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat dalam proyeksi keuangan mereka. (*)