Mataram (NTBSatu) – Salah satu isu yang dihadapi kabupaten/kota di Indonesia mengenai gejolak inflasi dengan naik turunnya harga komoditas seperti minyak dan pangan.
Jika hal ini tidak ditangani melalui kebijakan yang tepat, maka akan berdampak negatif pada tingkat daya beli masyarakat.
Karenanya Pemkot Bima melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya semaksimal mungkin dalam rangka mengendalikan harga bahan pangan. Salah satunya memastikan harga beras stabil menjelang musim panen raya.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Bima, Tafsir mengatakan, salah satu upaya untuk memastikan harg stabil adalah rutin melakukan operasi pasar murah.
Karena itu, Pemkot Bima kembali melaksanakan operasi pasar murah pada Kamis, 14 Maret 2024. Seperti kegiatan sebelumnya, operasi kali ini terpantau lancar dan ramai dikunjungi warga yang hendak belanja kebutuhan bahan pokok.
Berita Terkini:
- Kunker ke Surabaya, Komisi III DPRD NTB Nilai Perubahan Perda Penyertaan Modal Mendesak
- Diskursus Vol VI Overact Theatre, Menguak Sejarah Teater Kamar Indonesia
- Perjalanan Kepemilikan ANTV yang Kini Lakukan PHK Massal
- Sebelum Gubernur Terpilih Dilantik, Hassanudin akan Dievaluasi Kemendagri 9 Januari 2025
“Kami gandeng perum Bulog Bima, dan Perum Bulog menyediakan sebanyak 5 ton beras, gula 300 kilo, minyak goreng 600 liter, namun yang lebih diminati masyarakat beras dan minyak goreng,” bebernya di halaman Kantor Lurah Paruga.
Tafsir juga menyoroti kelangkaan dan melonjaknya harga gas elpiji 3 kg. Menurutnya, Kota Bima mendapatkan jatah pasokan dari pertamina sebanyak 63 ribu tabung untuk periode Januari sampai Februari. Namun karena belum seluruhnya diturunkan, sehingga terjadi keterlambatan dan berakibat tingginya harga yang dijual ditengah-tengah masyarakat.
“Ternyata dari Pertamina sebanyak 63 ribu tabung yang belum didropping yang memang itu jatah Kota Bima untuk bulan Januari hingga Februari,” ucapnya.
Meski demikian sambungnya, mengenai harga jual ditengah-tengah masyarakat yang menjual di atas harga HET, ada harga yang disepakati antara agen dan distributor dengan harga Rp18 ribu per tabung.
“Namun berdasarkan hasil penelusuran kami, masih banyak pengecer yang menjual melampaui diatas harga satuan, bahkan mencapai Rp25 ribu hingga Rp35 ribu per tabung Rp3 kg, ini tinggi sekali, secepatnya akan kami tegur dan evaluasi melalui sistem pengawasan,” jelasnya.
“Dengan adanya operasi pasar murah ini diharapkan harga bahan pokok dapat terjangkau oleh masyarakat, demikian juga harga gas elpiji dapat segera stabil sesuai HET,” pungkasnya. (KHN/*)