Mataram (NTBSatu) – Anak dari petani madu hutan Desa Batu Dulang, Sumbawa, Kristi Juswati, mewakili Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) hadir dalam kegiatan Madhu Duniya ke-5 2023 di Vietnam.
Diketahui, Madhu Duniya merupakan kegiatan empat tahun sekali, yang dihadiri para produsen, ilmuwan, pelaku sektor swasta, mitra pemerintah, pendukung, dan peminat madu hutan di Asia, yang berfokus pada madu hutan Asia Selatan dan Tenggara.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kapasitas, dan konektivitas para pengumpul madu hutan dan ternak lebah asli di Asia menuju peningkatan mata pencaharian masyarakat dan manfaat konservasi hutan.
Hal ini bertujuan juga untuk menyediakan tempat pertukaran di antara para pemangku kepentingan rantai nilai, merangsang penelitian dan mendukung jaringan, solidaritas dan kolaborasi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB, Julmansyah menjelaskan, kegiatan Madhu Duniya ini pertama kali dilaksanakan di India. Lalu, kemudian pernah dilaksanakan di Ujung Kulon, Indonesia, dan sekarang di Vietnam.
Berita Terkini:
- Polres Sumbawa Amankan 2 Kilogram Sabu, Tiga Terduga Pelaku Ditangkap
- Kontribusi NTB ke PDB Nasional Rp90,05 Triliun, Sektor Pariwisata dan Pertanian Harus Dioptimalkan
- Penyaluran KUR di NTB Capai Rp5,3 Triliun hingga November 2024
- Profil ANTV, Satu Grup dengan TVOne hingga PHK Massal di Akhir 2024
“Sejak pertama kali dilaksanakan, perwakilan JMHS yang merupakan salah satu anggota Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) dari jaringan madu hutan Asia selalu hadir. Untuk Madhu Duniya ke-5 ini perwakilan JMHS, yakni Kristi Juswati,” jelasnya, Selasa, 7 November 2023.
Kegiatan tersebut pun telah dilaksanakan sejak hari Senin, 6 November 2023 di Ramana Saigon Hotel, Ho Chi Minh City and U Minh Ha National Park, Ca Mau Province Vietnam.
Pada hari pertama, Julmansyah mengatakan, kegiatan diawali dengan internal program dengan negara kerja sama yang terdiri dari 11 negara. Ada Filipina, Laos, Kamboja, Vietnam, India, Malaysia, Thailand, Jerman, Australia, Myanmar dan Indonesia.
“Dimana setiap negara melakukan presentasi terkait perkembangan madu di setiap negara seperti Indonesia. Dari Indonesia, presentasi dilakukan oleh Direktur JMHI, Hermanto,” ujarnya.
Presentasi yang dilakukan dari Indonesia memperkenalkan madu Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) yang memiliki sertifikasi izin penggunaan logo ecolable self declare dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia.
Kemudian presentasi dilanjutkan dengan memperkenalkan brand Madu 3 Lebah dari JMHS Desa Batu Dulang, Sumbawa, NTB.
“Brand Madu 3 Lebah tersebut telah mendapat sertifikasi dari Forest Harvest Collective Mark. Dengan adanya logo Forest Harvest dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan permintaan terhadap produk madu yang dipasarkan,” lanjut Julmansyah.
Selain itu, dalam kegiatan Madhu Duniya ke-5 ini juga tersedia sesi panel sains. Sesi pertama, para peneliti menyampaikan tentang perubahan iklim dan populasi lebah, dengan salah satu narasumber, yakni Mr. Eric Guerin dari Kamboja. Ia menyampaikan bagaimana populasi dan perubahan iklim yang terjadi di Kamboja.
Sebagai informasi, Mr. Eric merupakan ahli biologi Perancis yang mengkhususkan diri dalam konservasi lebah asli Asia, khususnya lebah madu raksasa Asia (Apis dorsata). Berbasis di Kamboja selama 15 tahun terakhir, Eric bekerja dengan banyak komunitas pemburu madu di Asia Selatan dan Tenggara dalam praktek pengumpulan madu liar yang lebih berkelanjutan dan meningkatkan nilai madu liar.
Eric juga menulis buku tentang peternakan lebah, sebuah teknik yang menyediakan cara memanen madu Apis Dorsata yang lebih aman dan berkelanjutan, sebagai alternatif dari perburuan madu yang berbahaya dan tidak berkelanjutan, ujar Wati panggilan Kristi Juswati.
Sesi berikutnya, terkait penyerbukan dan analisis serbuk sari yang disampaikan Katja Bohm dari QSI Jerman dan diskusi singkat dengan Evert Jan Robbert yang merupakan ahli peternakan lebah asal Belanda. Robbert juga terlibat dalam analisis serbuk sari madu Apis Dorsata.
Semantara itu, Ketua JMHS, Muhammad Rakib menyampaikan, pihaknya akan tetap memberikan yang terbaik sebagai ikon terbaik Sumbawa.
“Meski tanpa bantuan pemerintah, JMHS tetap eksis hingga ke level internasional. Serta, JMHS akan tetap memberikan yang terbaik bagi ikon terbaik Sumbawa ini,” tutupnya. (JEF)