ADVERTORIALKota Mataram

Semua Fraksi Diminta Terlibat, DPRD Kota Mataram Tegaskan Komitmen Kesiapsiagaan Bencana

Mataram (NTBSatu) – Ketua DPRD Kota Mataram, Abdul Malik mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi musim hujan dengan merujuk pada banjir besar pada 6 Juli 2025 lalu.

Peristiwa tersebut menjadi pengingat potensi bencana bukan sekadar ancaman, tetapi pengalaman nyata yang pernah menimbulkan dampak luas bagi ribuan warga.

Banjir hebat akibat hujan ekstrem saat itu merendam enam wilayah. Cakranegara, Sekarbela, Sandubaya, Ampenan, Mataram, dan Cakranegara Selatan.

Luapan Sungai Ancar, Unus, dan Brenyok membuat air meninggi hingga 1–3 meter di sejumlah wilayah bantaran sungai. Sekitar 30.681 jiwa terdampak.

Lebih dari 500 orang harus mengungsi, dan fasilitas publik seperti sekolah, jembatan, jalan, hingga TPST Sandubaya mengalami kerusakan. Puluhan kendaraan terseret arus, dan warga harus dievakuasi di tengah malam.

“Kita sudah punya pengalaman pahit. Itu bukan kejadian kecil. Bencana kemarin menunjukkan kesiapsiagaan tidak boleh hanya ketika bencana sudah terjadi,” tegas Abdul Malik, Kamis, 6 November 2025.

Menurut Malik, pembelajaran dari banjir Juli 2025 menjadi dasar mengapa DPRD Kota Mataram meminta keterlibatan semua fraksi dalam mengawal mitigasi bencana. Baik dalam edukasi, pengawasan lapangan, hingga penguatan kebijakan anggaran.

“Jangan sampai kita turun setelah warga terdampak. Harus mulai dari pencegahan. Semua fraksi harus ambil bagian, karena bencana ini urusan kemanusiaan, bukan hanya urusan teknis pemerintah,” ujarnya.

Ia menegaskan, DPRD Kota Mataram telah mendorong pemerintah bersama aparat keamanan untuk menyelesaikan pemetaan wilayah rawan banjir. Sekaligus memperkuat koordinasi antarinstansi agar respons dapat dilakukan lebih cepat, ketika cuaca ekstrem terjadi.

“Sesuai arahan Kapolri, komunikasi harus berjalan setiap saat. Semua pihak harus tahu apa yang dilakukan jika intensitas hujan meningkat,” kata Malik.

DPRD juga membuka ruang agar kebijakan anggaran mengakomodasi kebutuhan teknis mitigasi, seperti normalisasi sungai, perbaikan drainase perkotaan, hingga penataan kawasan bantaran sungai yang paling rentan.

“Mudah-mudahan tidak terulang. Tapi kalau ada potensi, kita tidak boleh lagi dalam posisi terlambat,” tutupnya. (*)

Berita Terkait

Back to top button