Bukit Dikeruk-Abrasi, Jurnalis Didorong Melek Isu Perubahan Iklim di Lombok Timur

Lombok Timur (NTBSatu) – Dampak perubahan iklim semakin nyata di Kabupaten Lombok Timur. Udara terasa lebih panas, garis pantai dari Sambelia hingga Jerowaru terus naik, dan hutan di kawasan Sembalun tidak lagi serapat dulu.
Selain itu, alih fungsi lahan hingga pengerukan bukit di Sembalun memperparah kondisi lingkungan.
Fenomena tersebut mendorong lembaga kemitraan Australia-Indonesia INKLUSI bersama Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT), dan Lombok Research Center (LRC) menggelar penguatan kapasitas media dan jurnalis dalam meliput isu perubahan iklim serta pembangunan inklusif. Kegiatan berlangsung di Sikur, Lombok Timur, pada Sabtu, 4 Oktober 2025.
Perwakilan Geopark Rinjani, Fathul Rahman menegaskan, penyusutan kawasan hutan dan kenaikan air laut sudah terlihat jelas.
“Kami sudah mempelajari peta kawasan hutan Sambelia dalam beberapa puluh tahun. Sekarang hutan semakin menyempit. Di Labuhan Haji, air laut bahkan sudah sampai ke pinggir jalan,” ungkapnya.
Sementara, peneliti LRC, Dr. Maharani menekankan pentingnya peran media dalam mencegah laju perubahan iklim.
Menurutnya, pengawalan jurnalis berpengaruh besar terhadap kebijakan publik. “Contohnya, kalau tidak dikawal media, pengerukan bukit di Sembalun yang baru-baru ini viral pasti akan berlanjut, tidak akan dihentikan pemerintah seperti sekarang,” jelasnya.
Ketua FJLT, Rusliadi menambahkan, jurnalis masih menghadapi banyak kendala dalam memberitakan isu lingkungan.
“Pertama, kegiatan lingkungan sering dianggap tidak seksi atau sedikit pembaca. Selain itu, proses pengawalan isu iklim biasanya panjang,” paparnya.
Diskusi berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab bersama belasan wartawan yang hadir sebagai peserta.
Kegiatan ini memperkuat komitmen media dalam menjadikan isu perubahan iklim sebagai pemberitaan urgen di Lombok Timur. (*)