Eskalasi Konflik AS – Iran Memanas, Belanja Senjata Nuklir Global Tembus Rp6.779 Triliun

Mataram (NTBSatu) – Dunia berada di ambang krisis baru. Serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap sasaran strategis Iran pada akhir pekan lalu, memicu kekhawatiran global akan eskalasi konflik yang lebih luas.
Ketegangan ini memperburuk situasi geopolitik yang sudah memanas sejak beberapa tahun terakhir.
Serangan tersebut bukan hanya insiden militer biasa. Kondisi ini mencerminkan pola global yang lebih luas, negara-negara bersiap menghadapi perang dengan terus meningkatkan investasi dalam persenjataan nuklir.
Menurut laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), hingga Januari 2025 terdapat sembilan negara di dunia yang memiliki senjata nuklir aktif. Totalnya 9.614 hulu ledak. Dari jumlah tersebut, sekitar 3.912 unit telah dikerahkan secara operasional, siap digunakan dalam konflik militer.
Rusia tercatat sebagai pemilik senjata nuklir aktif terbanyak di dunia, yaitu 4.309 unit. Kemudian, Amerika Serikat dengan 3.700 hulu ledak.
Kedua negara ini menguasai lebih dari 83 persen total kekuatan nuklir aktif global. China menyusul di posisi ketiga dengan 600 unit, lalu Prancis 290 unit dan Inggris 225 unit.
Di kawasan Asia Selatan, India dan Pakistan masing-masing memiliki 180 dan 170 hulu ledak. Israel, meski tidak secara resmi mengakui kepemilikan senjata nuklir, diperkirakan memiliki sekitar 90 unit. Sementara Korea Utara tercatat memiliki 50 unit senjata nuklir aktif.
Menariknya, SIPRI mencatat, China mengalami peningkatan tercepat dalam pengembangan senjata nuklir. Menambah sekitar 100 hulu ledak baru setiap tahun sejak 2023.
Jika tren ini berlanjut, China diperkirakan akan memiliki kekuatan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang setara dengan Rusia atau AS pada akhir dekade ini.
Data Negara dengan Belanja Senjata Nuklir Terbesar di Dunia 2020–2024
Menurut laporan International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), total pengeluaran global untuk senjata nuklir selama lima tahun terakhir mencapai 415,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp6.779 triliun (kurs Rp16.300 per dolar AS).
Amerika Serikat menjadi negara dengan total pengeluaran tertinggi. Yakni mencapai 233,6 miliar dolar AS atau Rp3.807 triliun, yang mencakup lebih dari separuh pengeluaran global.
Posisi kedua China dengan belanja 54,9 miliar dolar AS atau Rp894 triliun. Lalu, Inggris di posisi ketiga dengan 37,8 miliar dolar AS atau Rp616 triliun.
Selanjutnya, Rusia menempati posisi keempat dengan pengeluaran 35,7 miliar dolar AS atau Rp581 triliun. Prancis dengan 29,2 miliar dolar AS atau Rp475 triliun.
Kemudian, India mengalokasikan 11,9 miliar dolar AS atau Rp193 triliun. Sedangkan Israel dan Pakistan, masing-masing mengeluarkan 5,3 miliar dolar AS atau Rp86 triliun dan 4 miliar dolar AS atau Rp65 triliun. Posisi terakhir, Korea Utara mencatatkan pengeluaran senilai 3,7 miliar dolar AS atau Rp60 triliun. (*)