Ekonomi Bisnis

Dulu Perkasa, Benarkah Perusahaan Rokok Gudang Garam Mau Bangkrut?

Mataram (NTBSatu) – Gudang Garam, raksasa rokok yang dulu menguasai pasar Indonesia, kini menghadapi ancaman serius menuju kebangkrutan.

Penurunan laba, merosotnya harga saham, hingga tersendatnya produksi jadi sinyal kuat bahwa perusahaan ini sedang tidak baik-baik saja.

Padahal, data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan, 73,2 persen pria Indonesia masih aktif merokok. Di atas kertas, industri ini seharusnya tetap subur. Namun kenyataannya, laba bersih Gudang Garam anjlok hingga 82 persen pada 2024.

Gudang Garam pernah mencatatkan prestasi luar biasa, dengan meraih laba bersih Rp10,8 triliun pada 2019. Namun pada 2023, laba itu menyusut jadi Rp5,3 triliun, dan kemudian terjun bebas ke Rp981 miliar di 2024.

IKLAN

Harga saham Gudang Garam juga ikut jeblok. Jika sebelumnya sahamnya sempat menyentuh angka Rp90.000 per lembar, kini hanya di kisaran Rp9.600. Penurunan drastis ini jelas mencerminkan tekanan besar yang perusahaan hadapi.

Penjelasan Manajemen Gudang Garam

Sebagai respons atas menurunnya penjualan, Manajemen Gudang Garam menghentikan pembelian tembakau dari wilayah penghasil seperti Temanggung.

Perusahaan mengklaim, stok tembakau di gudang cukup untuk mendukung produksi hingga empat tahun ke depan. Hal ini memperkuat sinyal bahwa Gudang Garam sedang menahan laju operasionalnya.

IKLAN

Kenaikan, Harga Jual Eceran (HJE) per Januari 2025 yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan turut menyumbang penurunan daya beli masyarakat. Di tengah ekonomi yang stagnan, konsumen mulai menahan diri untuk membeli rokok resmi yang makin mahal.

Sementara dari sisi negara, penerimaan cukai rokok pada 2022 mencapai Rp226 triliun, bahkan melampaui total laba seluruh BUMN. Dari satu bungkus rokok seharga Rp10.000, pemerintah bisa meraup hingga Rp5.370 lewat pajak cukai, PPN, dan pajak rokok.

Ketika rokok resmi naik harga, rokok ilegal malah membanjiri pasar. Dalam lima bulan pertama 2025 saja, Bea Cukai Jawa Tengah dan DIY menyita lebih dari 61 juta batang rokok ilegal.

IKLAN

Rokok-rokok ini dijual jauh lebih murah, dan jadi pesaing langsung bagi Gudang Garam serta produsen resmi lainnya.

Gudang Garam tak hanya tertekan di dalam negeri, tetapi juga di pasar ekspor. Penjualan ekspor anjlok 12,1 persen, sementara penjualan domestik menurun 17 sepanjang 2024. Tekanan datang dari dua arah: dalam dan luar negeri.

Ketika tren global bergeser ke rokok elektrik (vape), Gudang Garam belum memiliki produk unggulan di segmen ini. Sementara kompetitor mulai mencuri start, Gudang Garam tampak tertinggal.

Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tak mungkin Gudang Garam benar-benar kolaps. Industri rokok yang dulu jadi penopang ekonomi kini tengah berada di ujung tanduk. (*)

Berita Terkait

Back to top button