BERITA NASIONAL

Spesies Kakatua Jambul Kuning Terancam Punah, Mendesak Pembentukan Balai TN Moyo-Satonda

Mataram (NTBSatu) – Burung Kakatua Jambul Kuning saat ini spesiesnya hanya tersisa di Pulau Moyo, Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa.

Tercatat yang masih hidup 51 ekor di kawasan hutan dua desa, Desa Sebotok dan Labuhan Haji. Berbagai upaya mempertahankan spesies ini.

Upaya serius melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB, dengan segera membentuk kelembagaan Balai Taman Nasional Moyo – Satonda (TNMS). Integrasi antara Pulau Moyo Kabupaten Sumbawa dan Pulau Satonda, Kabupaten Dompu.

Berdasarkan peta sebaran, 51 spesies Kakatua tinggal di 18 sarang yang bercokol di pohon Randu atau Kapuk di hutan lindung Pulau Moyo. Salah satu ancaman serius spesies ini adalah perburuan dan perluasan perladangan.

IKLAN

Kepala BKSDA NTB, Budhy Kurniawan mengakui, ancaman terkini spesies Kakak Tua Jambul Kuning adalah perluasan ladang Jambu Mete.

“Seperti ini situasinya sekarang, ancamannya dari perluasan ladang Jambu Mete. Makanya beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk perlindungan dan pengamanan. Jangan hanya spesiesnya kita pertahankan, tapi juga habitatnya, rumahnya kita pertahankan,” kata Budy dalam Lokakarya Pengelolaan Taman Nasonal Moyo-Satonda Terintegrasi Berbasis Spesies, Hotel Lombok Raya, Kamis 19 Mei 2025.

Pulau Moyo seluas 31.200 Hektare, selain Kakatua Jambul Kuning, terdapat 10 jenis spesies. Di antaranya, 52 jenis burung, 16 jenis reptil, 233 jenis flora, 230 jenis ikan, 45 jenis terumbu karang.

IKLAN

Khusus untuk Kakatua Jambul Kuning, sedang ada upaya pengembangan spesies dan habitatnya untuk mengembangkan populasi hewan langka tersebut.

Salah satu upaya mendorong perlindungan, dengan mendorong masyarakat beralih ke Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Selain menambah nilai ekonomi, juga menjaga kelestarian habitat hewan dilindungi. Selama ini masyarakat setempat hanya fokus pada tanaman Mete dan Wijen.

“Selain untuk menjaga spesies, juga upaya peningkatan populasi Kakatua,” ujarnya.

IKLAN

BKSDA merasa terbantu dengan eksistensi komunitas lokal di Pulau Moyo. Sudah terbentuk Kakatua Ranger Communty, komunitas warga lokal yang menjaga dan melestarikan spesies dengan nama latin Cacatua sulphurea occidentalis ini.

Pentingnya Balai Taman Nasional

Kepala BKSDA NTB, Budhy Kurniawan saat presentasi kondisi terkini Taman Nasional Moyo – Tambora. Foto: Haris Al Kindi

Lokakarya itu juga mendorong upaya pengelolaan kelembagaan Moyo – Satonda yang lebih utuh sebagai institusi. Selama ini Taman Nasional tersebut masih terintegrasi dengan BKSDA yang masih fokus pada perlindungan ekosistem di kawasan. Kawasan ini terbentuk berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup tanggal 16 Agustus 2022, merupakan Taman Nasional termuda ke 55.

BKSDA bersama mitra, mendorong segera terbentuknya Balai Taman Nasional Moyo Satonda, sehingga bisa beroperasi secara utuh layaknya Taman Nasional lainnya. Menghasilkan benefit atau revenue bagi masyarakat, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Kepala Bappeda NTB, H. Iswandi, menyambut baik rencana tersebut. Pemerintah Provinsi NTB, katanya, mendukung penuh, karena masuk dalam konsep visi misi Gubernur Lalu Muhammad Iqbal, hutan lestari dan wisata NTB yang mendunia.

Ia menyadari peran Balai Taman Nasional sangat terasa di tengah masyarakat, dalam bentuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Namun demikian, perlu ada pembahasan lebih lanjut untuk konkretkan rencana pembentukan kelembagaan Balai Taman Nasional Moyo Satonda, melibatkan semua stakeholders berkepentingan.

Lokakarya yang berakhir Kamis sore itu, menyepakati pembentukan forum koordinasi meliputi sejumlah pihak. Bappeda NTB dan kabupaten kota, NGO, sektor dunia swasta, NGO, media dan masyarakat.

Forum selanjutnya berperan sinergi dengan BKSDA untuk mendorong percepatan pembentukan Balai TN Moyo – Satonda. (*)

Berita Terkait

Back to top button