Mataram (NTBSatu) – Workshop Pembelajaran dan Evaluasi Program Improvement of Community for Anticipatory Action (I CAN ACT), sukses terlaksana. Kegiatan yang berlangsung di Hotel Lombok Garden, Kota Mataram ini berlangsung selama dua hari, yakni 16 hingga 17 Juni 2025.
Lokakarya yang diselenggarakan Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) NTB dan OXFAM bersama Australian NGO Corporation (ANCP) ini, merupakan kelanjutan dari upaya penguatan kapasitas masyarakat. Khususnya dalam menghadapi risiko bencana berbasis aksi antisipatif (anticipatory action) dengan terencana, terukur, dan berbasis data.
Tujuan program I CAN ACT untuk memberikan dukungan sebelum bencana terjadi, tindakan antisipatif mencegah hilangnya nyawa dan mata pencaharian di masyarakat yang berpotensi terkena dampak.
Anticipatory action menggunakan pendekatan yang proaktif, melalui sistem peringatan dan perencanaan aksi dini, mekanisme pembiayaan yang direncanakan sebelumnya. Kemudian, penguatan koordinasi antar pemangku kepentingan di tingkat lokal.
Perkuat Sinergi Pengurangan Risiko Bencana
Direktur KONSEPSI NTB, Moh Taqiuddin berharap, workshop ini bisa memperkuat jejaring kolaborasi multipihak. Karena sinergi dibutuhkan agar pengurangan risiko bencana lebih efektif.
“Aksi antisipatif dinilai penting untuk menghadapi bencana hidrometeorologi. NTB tercatat sebagai wilayah rawan banjir, kekeringan, dan angin kencang,” katanya.
Taqiuddin menyebut, I CAN ACT sudah terlaksana selama dua tahun. Proyek ini lebih menekankan agar masyarakat lebih tanggap, mengantisipasi bencana.
“Dalam konteks ini, bagaimana masyarakat bersama pemerintah, dalam hal ini Pemkab BPBD membentuk protokol kesiap siagaan bencana,” ujarnya.
Puluhan peserta mengikuti lokakarya ini. Di antaranya, berbagai kepala desa di Lombok Timur dan Lombok Barat. Kemudian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dinas sosial, Forum Perguruan Tinggi (FPT) Pengurangan Resiko Bencana (PRB) NTB, dan lainnya.
Kepala Bappeda NTB, Iswandi membuka secara resmi kegiatan ini pada hari pertama. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi inisiatif KONSEPSI NTB dalam mengedukasi masyarakat desa untuk mengantisipasi dampak bencana. Ketangguhan masyarakat terhadap bencana, menurutnya, penting untuk ditingkatkan.
“Demi menghadapi risiko bencana dan terus memperbaiki kualitas lingkungan sehingga emisi tidak mengalami peningkatan,” ucap Iswandi.
Program I CAN ACT Fase II berfokus pada penguatan aksi antisipatif berbasis komunitas. Lima desa dampingan menjadi lokasi utama implementasi program ini. Yaitu, Desa Obel-obel, Taman Ayu, Dasan Gria, Belanting, dan Dara Kunci.
Lokakarya diisi dengan sesi talkshow. Topik yang menjadi pembahasan adalah praktik kesiapsiagaan dan komitmen pemerintah desa. Perwakilan komunitas dari berbagai desa hadir sebagai narasumber. Mereka membagikan pengalaman menerapkan aksi antisipatif di wilayah masing-masing.
Sementara Kepala BPBD, BMKG, dan Bappeda NTB membahas arah kebijakan daerah dalam pengurangan risiko bencana. (*)