ADVERTORIALBappeda NTB

PLTD Masih Dominan di NTB, Pemprov Tekankan Arah Transisi Energi Bertahap

Mataram (NTBSatu) – Nusa Tenggara Barat tercatat sebagai provinsi dengan produksi listrik tenaga diesel (PLTD) terbesar di Indonesia sepanjang 2024.

Data Kementerian ESDM dan PLN dalam Statistik Ketenagalistrikan 2024 menunjukkan NTB menghasilkan 738,36 GWh listrik dari PLTD, atau 10,49 persen dari total produksi nasional yang mencapai 7,04 TWh.

Angka ini menempatkan NTB di posisi teratas, diikuti Sulawesi Tengah dan Kalimantan Barat.

Sekretaris Dinas ESDM Provinsi NTB Niken Arumdati, memandang capaian ini sebagai cerminan karakter kelistrikan daerah kepulauan yang masih sangat bergantung pada pembangkit diesel, terutama di sistem menengah dan kecil.

Namun, ia menegaskan  ketergantungan tersebut harus perlahan digeser menuju energi yang lebih efisien dan berkelanjutan.

“Kami melihat data ini bukan sebagai hambatan, tapi sebagai peta jalan. NTB perlu transisi energi yang bertahap, realistis, dan sesuai kondisi wilayah,” ujarnya, pada NTBSatu, Minggu, 16 November 2025.

Sistem kelistrikan NTB saat ini terdiri dari Sistem Lombok 150 kV, Sistem Tambora 70/150 kV (Sumbawa–Bima), serta sejumlah sistem kecil terisolasi di pulau-pulau berpenghuni.

PLTD masih menjadi tulang punggung suplai di banyak wilayah, meskipun beberapa lokasi telah memanfaatkan PLTMH maupun hybrid PV–PLTD.

Selain itu, pembangkit besar di Lombok dan Sumbawa juga mendapat suplai dari PLTU, PLTMG, dan minihidro.

Pulau-pulau kecil seperti Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air telah terhubung dengan kabel bawah laut 20 kV sejak 2012. Meski begitu, sebagian besar pulau lain masih mengandalkan pembangkit diesel berskala kecil yang beroperasi mandiri. *

“Ini tantangan sekaligus peluang. Kita berbicara soal layanan dasar yang harus tetap tersedia, sembari memikirkan bagaimana menurunkan biaya energi dan emisi,” kata Niken.

Dominasi penggunaan solar

Dominasi penggunaan solar (HSD dan MFO) dalam pembangkitan listrik masih terlihat kuat, walaupun sudah ada pengurangan melalui penerapan biodiesel B35. Batubara juga mulai diganti bertahap melalui program co-firing biomassa, sementara energi surya dan tenaga air memberi kontribusi kecil namun terus tumbuh.

Konsumsi listrik NTB pada 2024 tercatat mencapai 4,22 miliar kWh, dengan konsumsi per kapita sebesar 748,7 kWh. Angka ini menunjukkan peningkatan kebutuhan energi seiring pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan aktivitas industri. Kepala Bappeda NTB, Iswandi menilai kondisi ini harus dijawab dengan strategi energi yang lebih adaptif.

Iswandi menegaskan, pentingnya penguatan infrastruktur kelistrikan dan percepatan energi terbarukan.

“Transisi energi tidak bisa dilakukan secara ekstrem. Kita lakukan bertahap sesuai kesiapan jaringan, geografis, dan sisi ekonominya. Yang penting arah besarnya sudah jelas,” ujarnya.

Ia juga menekankan, peran PLTD tidak akan serta-merta hilang, terutama di pulau kecil dan wilayah yang belum terjangkau jaringan besar.

Namun ke depan, porsinya akan semakin menurun seiring hadirnya teknologi hybrid, minigrid, dan energi terbarukan yang lebih stabil.

“NTB sedang bergerak menuju sistem energi yang lebih bersih, tapi tetap menjamin keandalan listrik bagi masyarakat,” tutupnya. (*)

IKLAN

Berita Terkait

Back to top button