Pariwisata

Jejak Wisatawan Dunia di Studio Tato Gili Trawangan

Lombok Utara (NTBSatu) – Selain deretan kafe dan beach bar di pesisir Gili Trawangan, terdapat satu tempat yang nyaris tak pernah sepi dari hadirnya turis asing.

Namanya Ritual Bamboo Tattoo, studio tato yang berdiri sejak 1994 sebagai pelopor tato bambu tradisional di pulau wisata paling ramai di Lombok ini.

Pemiliknya bernama Rakhmat Juharyono alias Yoyok. Pria asal Cepu, Jawa Tengah itu sudah tiga dekade menorehkan tinta di kulit para pelancong dari berbagai belahan dunia.

“Seni tato itu bukan hal tabu, terutama bagi wisatawan asing. Mereka datang bukan cuma untuk liburan, tetapi juga mencari makna lewat tato,” tutur Yoyok kepada NTBSatu di studionya yang sederhana, Senin, 6 Oktober 2025.

Nuansa Hangat di Studio Kecil

Studio tato milik Yoyok berada tepat di depan pantai Gili Trawangan, menatap laut biru dan langit tropis. Ruangannya tak luas, namun nyaman. Aroma dupa samar bercampur suara tembang Jawa yang mengalun pelan.

Di dindingnya tergantung lukisan, ornamen kayu, dan patung Buddha kecil, menghadirkan suasana tenang yang jarang ditemukan di studio tato modern.

“Orang datang ke sini bukan cuma mau ditato. Mereka mau merasakan pengalaman,” kata Yoyok sambil menyiapkan alatnya yang rapi di meja kayu.

“Ada yang datang karena ingin mengenang perjalanan, ada juga yang datang hanya karena jatuh cinta sama Gili,” tambahnya.

Selama tiga dekade, Ritual Bamboo Tattoo telah melukiskan ribuan tato di tubuh wisatawan dari berbagai negara.

Motif yang paling sering diminta adalah penyu dan ombak. Dua simbol yang erat dengan Gili Trawangan. Penyu melambangkan perjalanan dan kebijaksanaan, sementara ombak mencerminkan kebebasan.

IKLAN

Wisatawan asal Spanyol dan Italia menjadi pelanggan terbanyak. Dalam sehari, Yoyok bisa melayani 3 hingga 6 orang tergantung ukuran dan kerumitan desain.

pengerjaan tato permanen di Gili Trawangan
Proses pengerjaan tato permanen di Studio Ritual Bamboo Tattoo. Foto: Sita Saraswati

Tato kecil bisa selesai dalam waktu 35–40 menit, sementara tato besar dan rumit bisa memakan waktu hingga dua setengah jam.

Harga tato di sini mulai dari Rp1 juta, dengan tarif tertinggi bisa mencapai Rp50 juta untuk karya berukuran besar. Studio buka dari 9 pagi hingga 11 malam, menyesuaikan irama malam Gili yang tak pernah benar-benar sunyi.

Steril, Tradisional, dan Penuh Sentuhan Personal

Meski dikenal dengan teknik tato bambu, Yoyok juga menggunakan mesin modern sesuai permintaan pelanggan. Namun, apapun tekniknya, satu hal yang tak pernah ia kompromikan adalah kebersihan. Semua jarum dan alat selalu steril dan sekali pakai.

“Yang paling penting adalah kenyamanan dan keamanan pelanggan. Saya ingin mereka pulang dengan pengalaman, bukan sekadar tato,” ujarnya sambil tersenyum.

Bagi Yoyok, setiap tato adalah cerita. “Saya cuma bantu menuliskan kisah mereka di kulit,” katanya.

Yang menarik, tato tradisional ini punya kelebihan unik daripada tato modern atau cetak. Setelah proses selesai, wisatawan hanya perlu menunggu sekitar satu jam sebelum bisa kembali beraktivitas.

“Cukup dioles krim tato, lalu setelah itu bisa mandi, snorkeling, atau berenang seperti biasa,” jelas Rakhmat.

Selain cepat pulih, tato yang dibuat di Ritual Bamboo Tattoo juga bersifat permanen dengan hasil warna yang kuat dan bertahan lama. “Banyak yang bilang hasilnya lebih alami dan punya karakter,” tambahnya.

Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas

Setelah sempat berpindah ke Senggigi pada 2010, Rakhmat kembali ke Gili pada 2020. Baginya, pulau ini seperti rumah kedua. “Di sini saya mulai, di sini juga saya ingin terus berkarya,” ujarnya.

Ritual Bamboo Tattoo kini bukan sekadar tempat membuat tato, tetapi bagian dari wajah budaya Gili Trawangan. (*)

Berita Terkait

Back to top button