Jakarta (NTBSatu) – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli menyebut, data Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di kementeriannya mencapai 50 ribu pekerja tahun 2024.
Sementara berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah PHK hanya 48.345 orang dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 1,08 juta orang.
“Saya komunikasi dengan Menteri Perindustrian, malah kalau kita lihat terjadi pertumbuhan industri sebenarnya. (Sektor) manufaktur penyerapan tenaga kerja tahun lalu itu 1 juta lebih. Kemudian dibandingkan dengan data PHK yang kami miliki sekitar 50 ribu. Jadi pesan positif ini menurut saya juga kita harus sampaikan,” katanya di Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Rabu, 5 Maret 2025, mengutip Detik.
Yassierli mengaku, tidak menutup mata jika ada sejumlah sektor mengalami kontraksi. Ia menyebut, keputusan sebuah perusahaan melakukan PHK akibat beberapa faktor seperti daya saing dan tata kelola internal perusahaan.
“Walaupun saya tidak menutup mata, emang ada beberapa perusahaan atau industri yang kemudian juga ada yang sedang fase kontraksi. Tapi ada yang tumbuh,” tuturnya.
Namun, ia membantah banyak perusahaan yang melakukan PHK massal. Yassierli mencontohkan isu PHK terhadap pekerja pabrik PT Mayora Indah Tbk.
“Memang ada beberapa perusahaan yang kalau kami baca di media juga dituliskan ada PHK ya. Setelah kita cek sebenarnya juga tidak semuanya. Contoh Mayora misalnya, kita sudah cek ternyata ya tidak seperti itu beritanya,” ujarnya.
Industri Manufaktur Serap Banyak Tenaga Kerja
Sementara Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkap data sektor industri manufaktur telah menyerap banyak tenaga kerja.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) 2024, jumlah tenaga kerja baru industri manufaktur mencapai 1.082.998.
Agus menyebut, angka ini lebih besar dari jumlah PHK yang Kementerian Ketenagakerjaan pada 2024 laporkan yakni 48.345 orang.
Sebagai catatan, jumlah pekerja yang kena PHK pada periode tersebut bukan hanya merupakan pekerja di sektor manufaktur. Tetapi angka total untuk semua sektor ekonomi.
“Bahwa memang benar ada penutupan beberapa pabrik dan PHK, kami menyampaikan empati kepada perusahaan industri dan pekerja yang mengalami hal tersebut. Kemenperin terus berupaya meningkatkan investasi baru di sektor manufaktur, mendorong munculnya industri baru untuk mulai berproduksi sehingga menyerap tenaga kerja baru lebih banyak dan menjadi alternatif lapangan kerja bagi pekerja yang terdampak PHK,” kata Agus, dalam keterangannya, Rabu, 5 Maret 2025. (*)