Kabupaten Bima

Sempat Erupsi, Begini Kondisi Terkini Gunung Sangeangapi Bima

Matahari (NTBSatu) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI melalui Badan Geologi melaporkan aktivitas Gunung Sangeangapi, yang berlokasi di Bima, Nusa Tenggara Barat, berada dalam Level II (waspada).

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Dr. Priatin Hadi Wijaya mengatakan, aktivitas vulkanik gunung api dengan kedalaman 1.949 mdpl memiliki sistem terbuka atau open-system. Sehingga, kemungkinan terjadinya akumulasi tekanan yang besar masih kecil.

“Data kegempaan dan anomali panas mengindikasikan masih adanya injeksi magma yang dapat berimplikasi pada pertumbuhan kubah lava atau aliran lava. Berdasarkan potensi ancaman bahayanya, tingkat aktivitas Gunung Sangeangapi berada dalam waspada,” jelas Hadi dalam siaran persnya yang NTBSatu terima.

Hal ini berdasarkan pada periode pengamatan yang berlangsung dalam kurun waktu 24 jam pada Jumat, 6 September 2024.

Melihat dari kondisi meteorologinya, pengamatan berlangsung saat cuaca aca cerah dan berawan. Angin bertiup lemah, sedang, hingga kencang ke arah barat daya dan barat. Sementara untuk suhu udara berada pada 31 – 35,5 °C dan kelembaban udara 39 – 57 persen.

Lebih lanjut, secara visual gunung terlihat jelas dalam kabut 0-I, hingga kabut 0-II. Sedangkan tidak ada asap pada bagian kawahnya.

Selain itu, gunung api tersebut mengalami dua kali gempa vulkanik dalam dengan getaran amplitudo 4-5 mm, S-P 0.5 detik, dengan durasi selama lima detik.

Imbau masyarakat berwaspada

Badan Geologi mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Sangeangapi dan pengunjung maupun wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 1.5 km dari bawah Gunung Sangeangapi.

Hadi berharap masyarakat waspada akan bahaya aliran piroklastik. Kemudian tidak diperbolehkan mendekati dan beraktivitas di daerah di antara Lembah Sori Wala dan Sori Mantau hingga mencapai pantai. Termasuk di Lembah Sori Boro dan Sori Oi.

“Terakhir, masyarakat tidak boleh mendekati dan beraktivitas pada semua lembah sungai yang berhulu dari pusat aktivitas atau puncak gunung guna menghindari potensi ancaman bahaya aliran lahar yang mungkin terjadi pada saat hujan,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button