Mataram (NTBSatu) – Sebanyak lima benda replika pusaka Kesultanan Sumbawa telah dihibahkan kepada Pemprov NTB, untuk dipamerkan di Museum NTB. Proses hibah ini dilakukan ketika upacara adat pengangkatan Datu Raja Muda di Istana Dalam Loka, Rabu, 29 Mei 2024.
Pada saat itu, Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharudin IV secara resmi menyerahkannya kepada Asisten III Setda Provinsi NTB, H. Wirawan Ahmad S.Si., M.T., dan selanjutnya diserahkan ke Kepala Museum Negeri NTB, Ahmad Nuralam, S.H., M.H.
Berdasarkan keterangan resmi Museum Negeri NTB yang diterima NTBSatu, Sabtu, 8 Juni 2024, lima benda replika pusaka itu merupakan lambang dari Kesultanan Sumbawa. Adapun lima bendanya, yakni Keris Baruwayat, Panji Macan Puti, Panji Lipatan Api, Salepa, dan Pakebas. Berikut informasi lengkapnya:
- Keris Baruwayat
Keris ini merupakan lambang Kedigdayaan Kesultanan Sumbawa. Keris ini dirancang sedemikian rupa dari pola, bentuk, maupun tampilan serta pamornya. Hasil ikhtiar ini dituang dalam karya panre keris, yang kemudian diisi dan dilengkapi dengan aura magi sebagai pelengkap kebesaraannya.
Keris yang ditempa pada kurun 1635-1648 itu menjadi Parewa Kamutar yang pada setiap Upacara Tokal Adat Rea (Upacara Kebesaran), Baruwayat dipangku oleh Tame salah satu pejabat dalam struktur pemerintahan di bawah Dea Dipati atau Menteri Pertahanan dan Keamanan.
- Panji Macan Puti
Panji Macan Puti merupakan Panji Leluhur Bangsa Alaydrus yang dibawa ke Sumbawa sekitar awal abad ke-14. Panji tersebut bergambar macan putih yang menjadi salah satu lambang kenegaraan yang kemudian terus digunakan hingga terbentuknya Kesultanan Sumbawa pada pertengahan abad ke-17.
Adapun fungsi dari Panji Macan Puti adalah sebagai salah satu lambang kebesaran/negara Kesultanan Sumbawa.
- Panji Lipan Api
Lipan Api atau yang dikenal sebagai naga, merupakan makhluk perlambangan yang dikenal sejak lama oleh Tau Samawa (Masyarakat Sumbawa). Naga yang merupakan peninggalan jejak agama Hindu di Sumbawa dianggap sebagai Dewa Langit.
Lipan Api atau naga ini menjadi lambang pada panji Sultan Sumbawa (sehingga berbeda antara Panji Sultan dengan Panji Kesultanan). Lipan Api yang merupakan simbol dewa langit diterjemahkan dalam Panji Sultan.
Panji Lipan menjadi satu kesatuan diri seorang Sultan, sehingga ketika terjadi konflik dengan Kerajaan lain, maka jika Sultan tidak turut serta berangkat peran, Panji Lipan Api akan mewakilinya dan dipegang oleh pemimpin Pasukan Bala Cucuk.
- Salepa
Salepa diciptakan sebagai penghormatan terhadap lontar, yang menjadi bukti penyebaran Islam dari Gowa. Setiap daerah yang dimasuki untuk penyebaran Islam, maka para mubalig dari Sulawesi Selatan selalu menanam pohon lontar sebagai bukti.
Meski ketika para mubalig yang datang di penghujung abad ke-16, Islam sudah cukup berkembang di tengah masyarakat Sumbawa. Pihak Istana menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap lontar, selain menjadi bahan pembuatan Payung Kebesaran Sarpedang, juga menjadi rokok Tau Samawa.
Termasuk, Sultan dalam hal ini, karena rokok jontal juga menjadi simbol kejantanan. Fungsi Salepa adalah wadah rokok dari daun lontar yang dikonsumsi oleh Sultan Sumbawa.
- Pakebas (Kipas Emas)
Selain sebagai kipas, pada saat upacara adat berlangsung, Pakebas ini berfungsi juga sebagai alas untuk menyuguhkan sesuatu. Dilihat dari sejarahnya, Pakebas tak terlampau jauh dengan Keris Baruwayat yang dibuat atau diciptakan sebagai penyerta dari kebesaran Sultan Sumbawa saat Tokal Adat Ode maupun Tokal Adat Rea.
Itulah lima benda replika pusaka yang dihibahkan Kesultanan Sumbawa kepada Pemprov NTB untuk dipamerkan di Museum NTB. (JEF/*)