Pendidikan

Kemendikbudristek Minta Guru tak Terpengaruh Bila Selalu Disalahkan

Mataram (NTBSatu) – Profesi guru menjadi sorotan publik belakangan ini. Dianggap sebagai kelompok profesi terbesar terjerat pinjaman online (pinjol) dan disalahkan akibat tragedi kecelakaan bus studi tur di Ciater, Jawa Barat.

Bahkan, publik menyalahkan guru ini bukan pertama kalinya saat adanya tragedi kecelakaan bus beberapa waktu lalu. Pada 2023, seorang guru di Kabupaten Sumbawa Barat, NTB disalahkan oleh orang tua siswa hingga harus berproses hukum, akibat diduga memukul anaknya menggunakan kayu.

Dengan adanya peristiwa yang menyalahkan profesi guru, membuat sejumlah guru di Lombok merasa tidak tenang dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Sebab, mereka khawatir ke depan, bisa saja ada yang menyalahkannya secara tiba-tiba.

Merespons hal tersebut, Pengembang Kurikulum Ahli Madya Badan Standarisasi Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Dr. Iip Ichsanudin, S.S., MA., meminta para guru agar tak terpengaruh akan kejadian seperti itu.

Sebab, menurut Iip, kalau berbicara saling menyalahkan satu sama lain atas suatu kejadian, itu adalah kecenderungan sebagai individu manusia yang hanya bisa melihat ke luar diri sendiri. Sedangkan, tidak bisa melihat ke dalam.

“Maka, kita sebagai guru harus melakukan refleksi. Refleksi itu ketika bercermin, melihat seberapa baik, efektif, jujur, dan profesional selama ini menjalankan tugas sebagai guru. Ini yang penting menjadi landasan kita bersama,” jelasnya dalam Seminar Pendidikan yang digelar 3 UPT Kemendikbudristek di Mataram, Jumat, 17 Mei 2024.

Berita Terkini:

Kalau sudah benar-benar menjalankan tugas fungsi sebagai guru dengan baik, maka pada akhirnya nanti hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan itu akan terlihat sendiri.

“Pembuktiannya akan terlihat dan tidak ada yang bisa menyalahkan guru,” tegasnya.

Dirinya pun heran, usai kejadian kecelakaan bus studi tur di Ciater, Jawa Barat tersebut, pemerintah daerah (pemda) malah ramai-ramai meniadakan kegiatan studi tur.

“Saya juga termasuk yang tidak setuju ketika kebijakan terakhir meniadakan karya wisatanya (studi tur) dan seolah-olah menuduh gurunya yang salah. Padahal banyak faktor yang bisa dilihat, ditelaah lebih dalam,” ungkap Iip.

“Mulai dari faktor kendaraannya, faktor penyelenggara jasa travel-nya dan sebagainya. Banyak sekali, tetapi perlu secara komprehensif dilihat,” tambahnya.

Maka, pihaknya meminta agar para guru sekarang berfokus terhadap tugas pokok dan kewenangannya.

“Berpikir lempeng saja kita sekarang, ini demi kemajuan bangsa. Perspektif kita proyeksikan apa yang menjadi tugas pokok dan kewenangan sekarang, itu yang dijalankan,” tandas Iip. (JEF)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button