Mataram (NTBSatu) – Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi NTB, telah menggelar Rapat Kerja (Rakor) bersama pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), terkait pembangunan Pabrik Garam di Kabupaten Bima.
Kepala Dislutkan Provinsi NTB, Muslim mengatakan, pembangunan pabrik garam di Kecamatan Woha, Kabupaten Bima ini dalam tahap finalisasi dokumen perencanaan pembangunan.
“Jadi saat ini, posisi persiapannya sudah oke tidak ada masalah. Kalau dokumen perencanaan sudah jadi, maka kita mulai untuk pengerjaan,” kata Muslim, pada Rabu, 24 Januari 2024.
Selain dokumen, yang perlu disiapkan adalah koperasi calon penerima, yang nantinya akan bekerjasama dengan pemilik modal untuk memasarkan produk hasil olahan pabrik tersebut.
“Kita juga salah satunya lagi mendorong JNE atau BUMD Provinsi dan kabupaten untuk bekerjasama di support sama Bank NTB juga mungkin nanti,” jelasnya.
Pabrik garam tersebut mulai dibangun sebelum Puasa atau sekitar bulan Februari atau Maret mendatang. Namun pada prinsipnya, dari pihak KKP mengharapkan lebih cepat.
“Kalau mereka (KKP) sudah siap anggarannya, tinggal dari kita (Pemprov) yang belum,” ujarnya.
Pemerintah pusat melalui KKP menyediakan anggaran Rp10 miliar untuk membangun pabrik pengolahan garam itu. Sementara Pemprov NTB hanya menyediakan anggaran kurang lebih Rp500 juta.
Pembangunan pabrik ini sebenarnya hanya memerlukan lahan seluas 3 – 4 are saja. Namun sebagai antisipasi, pemerintah sudah menyiapkan lahan seluas 4 hektare.
Baca Juga: Pemprov NTB Siapkan 1.000 Guru Bahasa Inggris untuk Sambut Program Beasiswa LPDP 2024
“Kita sesuaikan, makanya kita tetap melakukan koordinasi dengan kabupaten terkait dengan kesediaan lahan,” ungkapnya.
Muslim mengatakan, pabrik ini nantinya akan menjadi sentral pabrik garam yang ada di NTB. Hal ini karena 80 persen garam di NTB dihasilkan dari Kabupaten Bima,
“Jadi kita berharap problematika produksi garam di Kabupaten Bima itu bisa teratasi. Salah satunya melalui peningkatan produk dengan pola diversifikasi ini,” terangnya.
Adapun pembangunan pabrik dengan kapasitas 10.000 ton per tahun ini, merupakan bagian dari upaya Pemerintah Pusat untuk memaksimalkan potensi garam di NTB, sebagai salah satu penyangga garam nasional.
Sehingga mereka mendorong bagaimana nilai tambah garam ini bisa dioptimalkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bantuan rencana pembangunan pabrik pengolahan garam di Kabupaten Bima.
Berdasarkan data Dislutkan NTB, produksi garam di NTB mencapai lebih dari 100.000 ton per tahunnya. Sementara konsumsi hanya 46.000 ton per tahun. Artinya, setiap tahun garam NTB mengalami surplus kurang lebih 100.000.
“Oleh karena itu untuk memaksimalkan potensi surplus itu perlu dilakukan diversifikasi produknya. Jadi kita melakukan olahan sesuai standar konsumsi,” ujarnya.
Hadirnya pabrik garam ini juga akan menumbuhkan UMKM di bidang garam karena mereka bisa memasok produk garam ke pabrik.
“Sebenarnya ini kan barang yang akan dihibahkan kepada koperasi di sana. Nanti koperasi itu di bawah kendalinya kita, semua akan melakukan kemitraan dengan lembaga yang profesional khususnya BUMD baik provinsi maupun kabupaten,” tutupnya. (MYM)
Baca Juga: 10 Timnas dengan Pemain Naturalisasi Terbanyak di Piala Asia 2024, Indonesia Terbanyak?