Mataram (NTBSatu) – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, melaksanakan program Jumat Salam di Desa Moyo Mekar, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, pada Jumat, 3 November 2023.
Dalam pelaksanaan Jumat Salam kali ini, DLHK menggunakan metode transek, salah satu tools atau instrumen dalam metodologi PRA (Participatory Rural Appraisal).
Tools tersebut melakukan penyusuran dan penelusuran potensi desa, di mana pada setiap titik yang dituju, dilakukan diskusi apa masalah dan solusinya.
Kepala DLHK NTB, Julmansyah mengatakan, program Jumat Salam yang dipimpinnya kali ini, tidak dilakukan dalam bentuk rapat di dalam ruangan. Tapi hanya sebatas diskusi informal sambil menelusuri potensi desa dan sambil diskusi ringan terfokus.
Pada titik pertama, tim DLHK melakukan diskusi dan demonstrasi pengelolaan sampah organik berbasis rumah tangga di depan Ibu-ibu pengurus dan penggiat kelompok pengelolaan sampah saling sakiki.
Kelompok ini mengintegrasikan posyandu dengan pengumpulan sampah sejak 2019.
“Mereka mengaku, belum banyak pengetahuan cara mengelola sampah dan perkembangannya. Sejak 2019 ya begini-begini aja, baru sekarang mereka mengetahui cara mengelola sampah organik dengan praktis,” kata Julmansyah.
Karena itu, Anggota Satgas NTB Zero Waste memperagakan cara pengelolaan sampah organik rumah tangga dengan menggunakan composter bag.
“Kami berharap ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok ini dapat mempraktekkannya kelak,” ujarnya.
Pada kesempatan itu juga, Julmansyah menantang Kepala Desa Moyo Mekar dan ibu-ibu kelompok pengelola sampah saling sakiki, untuk menguji coba alat tersebut.
Jika berhasil, maka akan dikirim kembali composter bag ke Desa Moyo Mekar, dengan harapan Desa Moyo Mekar dapat menjadi pelopor pengelolaan sampah organik berbasis rumah tangga.
“Diskusi ini disambut antusias oleh ibu-ibu. Diskusi dilakukan di bawah pohon sawo halaman rumah warga,” ungkap Julmansyah.
Melangkah ke titik berikutnya, rombongan Jumat Salam bersama kepala desa, para kader perempuan dan beberapa tokoh masyarakat melihat lokasi wisata Reban Moyo. Merupakan embung di tengah desa.
Pada titik ini, Julmansyah bersama Kepala KPH dan kepala desa menanam bibit alpukat di bantaran Reban Moyo. Dengan harapan lokasi ini dapat menjadi kebun buah yang akan melengkapi sebagai lokasi wisata lokal.
Selanjutnya titik terakhir, rombongan bergerak menyusuri jalan-jalan kampung menuju tempat pusat pembuatan tenun tradisional Sumbawa Desa Moyo Mekar.
Tempat pembuatan tenun tradisional itu dikelola oleh UD. Karya Mandiri. Rombongan disambut oleh Khairuddin Nurdin, pengelola usaha tersebut.
Khairuddin mengatakan, jumlah pekerja yang memproduksi kain tenun tersebut sebanyak 15 orang, yang didominasi oleh ibu-ibu lanjut usia.
“Hasil tenunnya berupa kain sarung khas Sumbawa, selalu habis stok nya,” bebernya.
Pada kesempatan itu, para pengrajin antusias berdiskusi dengan rombongan Jumat Salam DLHK NTB. Mulai dari penggunaan pewarna alami dan pencantuman barcode, hingga kemasan kain sarung tenun sumbawa ini. (MYM)