Opini

30 Tahun Mataram, Kota Yang Menolak Tua

Penulis : Zulhakim, warga Mataram, Founder Lombok Heritage and Science Society (LHSS)


Tanggal 31 Agustus ini Kota Mataram merayakan hari jadi ke 30 tahun. Tentu, ini angka yang masih sangat muda bagi sebuah kota. Bahkan untuk manusia, ini usia relative muda, orang bilang sedang “hot-hot” nya.

Tapi apakah Mataram semuda itu? Jawabannya tentu tidak. Bahkan jauh di permulaan Abad 18 saat kota-kota lain di Nusantara masih berupa belantara, Mataram sudah menjadi sebuah kota. Dengan tata pemerintahannya, dengan pelabuhannya yang terhubung antar benua.

Tapi penentuan hari ulang tahun sebuah kota merupakan keputusan politis yang bisa diubah kapanpun. Dia bisa diganti seiring pergantian rezim dan kebutuhan zaman.

Misalnya Jakarta. Di masa Kolonial Belanda ulang tahun kota ini diperingati setiap 30 Mei, ini berkenaan dengan keberhasilan Jan Pieterszoon Coen merebut Jayakarta dari Kesultanan Mataram pada 30 Mei 1619.

Berita Terkini:

Tapi setelah kemerdekaan para pemimpin daerah tak ingin lagi ada “bau-bau” Belanda dari Jakarta. Ibu Kota Negara ingin lebih bercitera Indonesia. Nama-nama diganti, patung-patung dirobohkan dan diganti karya baru sesuai semangat kemerdekaan.

Karena itu Wali Kota Sudiro yang menjabat 1958-1960 membentuk tim perumus untuk menetapkan ulang hari lahir Jakarta. Dan dipilihlah tanggal yang dirayakan hingga kini, 22 Juni 1527. Ini adalah tanggal dimana Fatahillah datang merebut Pelabuhan Sunda kelapa dari tangan Portugis.

IKLAN

Tapi kenapa 22 Juni 1527? bukankah berabad-abad sebelum Fatahillah datang, Jakarta bukanlah kota tak bertuan. Kota ini pernah jadi Bandar laut Tarumanagara yang kemudian beralih ke Kerajaan Pajajaran.

Dengan berbagai pertimbangan politis para pemimpin Jakarta di masa itu lebih memilih 1527. Karena ada momen herois Fatahillah menyerbu Portugis di Sunda Kelapa. Ada “aroma” nasionalis mengusir penjajahnya.

Contoh lainnya Surabaya yang menyusun ulang hari ulang tahun dan mengambil 31 Mei 1293 sebagai hari lahir. Tanggal ini dipilih berkaitan dengan keberhasilan Raden Wijaya mengusir tentara Tartar utusan Kubilai Khan dari tanah Jawa.
Pun demikian dengan kota-kota lain di Indonesia.Hari lahir dihitung ulang sesuai kebutuhan.

Lalu Bagaimana dengan Mataram?

Sebenarnya penetapan hari jadi Mataram ini bukan tanpa polemik. Banyak yang menuding sebagai kebijakan yang melupakan sejarah panjang Mataram.

Ini seperti anomali, disaat kota-kota lain ingin terlihat paling tua Mataram justru sebaliknya. Ia memilih tanggal muda. Bahkan termuda kedua di NTB setelah Kabupaten Lombok Utara.

Padahal dari segi usia, wilayah ini sebenarnya tak kalah tua dengan Bandar-bandar laut ternama di Jawa dan Sumatera. Karena itu Mataram sebenarnya tak kekurangan catatan jika ingin mendaku lebih tua.

Setidaknya pada 1365 saat Mpu Prapanca menulis naskah Negara Kertagama (Decawarnana) wilayah Lombok Barat telah didentikkan dengan kata Sasak Adi. Wilayah yang diklaim Mpu Prapanca masuk dalam pengaruh den memiliki hubungan dekat dengan Majapahit di masa Hayam Wuruk.

Atau jika periode Negara Kartagama terlalu tua, kita bisa membuka lembar-lembar sejarah berikutnya di tahun 1520-an. Jadi, saat Fatahillah menyerbu Portugis di Batavia, di wilayah Mataram sudah ada kerajaan dengan rajanya yang terkenal Sri Aji Krahengan. Sejumlah sejarawan menduga kerajaan Sasak ini berpusat di wilayah Cakranegara kini.

Lalu tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir utara Jawa turut membawa perubahan di kota ini. Babad Lombok mencatat kedatangan rombongan Sunan Prapen dengan membawa misi Islamisasi. Periode ini diperkirakan sekitar 1545.

Berita Terkini:

Gelombang ini datang dari timur ke barat dan diyakini menyisakan banyak pengikut yang kemudian berbaur dan berdiam di Lombok. Masih menurut Babad Lombok gerak Islamisasi sempat terhenti di ketika rombongan masuk wilayah Mataram. Tepatnya di Pejarakan, sebuah perkampungan Sasak tua yang kala itu memilih tetap pada ajaran lama.

Kelak, selain membawa agama baru percampuran para pendatang dari Pulau Jawa ini juga melengkapi pengaruh kebudayaan Jawa di Lombok yang sudah datang sebelumnya.

Diantaranya pada nama-nama tempat yang dibawa dari Jawa. Sebutlah nama Mataram, Pajang, Kediri, Singasari, Sesela, Surabaya, Kuripan dan lainnya. Nama-nama wilayah Jawa yang tersebar merata di Pulau Lombok.

Demikianlah kekuasaan timbul tenggelam di Mataram. Setelah periode ini sejarah mencatat kongsi Karangasem-Sasak (Sebagian menyebut Singasari-Sasak) yang menguasai Mataram dan menata kembali kota ini pada periode 1740-an. Kongsi ini bertahan cukup lama dengan ragam intrik dan tentu saja kisah perang saudaranya.

Jejaknya masih bisa kita lihat dalam lanskap arsitektur tata kota Cakranegara. Sebuah kota yang ditata kembali menurut kosmologi Hindu-Bali dalam pola bidak catur. Inilah yang membuat jalan-jalan di Cakranegara kini cenderung lebih teratur dan terhubung satu dengan lainnya.

Bahkan kelak Kerajaan Mataram menguasai seluruh Lombok dan seluruh wilayah Karangasem di di Timur Bali. Dinasti Mataram ini runtuh setelah Invasi Belanda 1894. Sebuah perang besar yang menyisakan banyak korban. Sebuah episode yang masih terpatri dalam memori kolektif warga Mataram.

Di atas reruntuhan Mataram inilah, Belanda menata ulang administrasi pemerintahan dan tetap memilih Mataram sebagai Ibu Kota.

Tata kota diperbaharui menurut selera dan kepentingan Kolonial Belanda. Jalan-jalan, kantor, pelabuhan dan Jembatan. Pun demikian ketika Jepang menguasai Hindia, posisi Mataram tak tergantikan.

Kondisi ini terus berlanjut setelah kemerdekaan. Mataram terus disempurnakan dan tetap sebagai pusat pemerintahan.

Kota Menolak Tua

Kota Mataram yang kita lihat kini tak dibangun dalam semalam oleh satu kelompok saja. Dia merupakan kota yang dibangun berulang-ulang melewati berkali-kali perang. Sasak, Bali, Cina, Jawa, Arab dan Lainnya silih berganti menyisakan jejaknya.

Lokasinya yang strategis di jalur utama pelayaran Nusantara jadi rebutan. Tanah subur, air melimpah dan matahari sepanjang tahun. Orang datang dan pergi menyisakan tinggalan lewat ragam budaya, suku bangsa, agama dan tentu saja konflik-konflik yang membawa cerita luka.

Soal luka sejarah inilah yang sepertinya tak ingin diperpanjang. Karena itu para tetua Mataram di masa awal Kota Madya pandangan sendiri dalam menentukan hari jadi. Mereka seperti tak ingin terperangkap pada romantisme masa lalu yang berpeluang mengorek luka lama.

Karena itulah mereka memilih 31 Agustus 1993 sebagai hari jadi Kota Madya Mataram. Momen ini sekaligus penanda terbentuknya Daerah Tingkat II Mataram yang terlepas dari Lombok Barat sebagai kabupaten induk.

Demikianlah semestinya kota, warga boleh menentukan dan menulis ulang sejarahnya. Termasuk soal kapan dia mesti merayakan hari ulang tahun. Semisal kelak kita berubah pikiran dan ingin HUT Mataram dipertua silakan saja. Alam demokrasi mempersilakan.

Berita Terkini:

Tapi soal sejarah dan luka lama, sampai kapan mau dipendam. Semestinya semangat kemerdekaan telah mengubur semuanya. Tak ada lagi suku bangsa, agama, ras yang lebih utama. Semua setara dan memiliki peluang sama untuk menjadi apapun dan dimanapun di Indonesia.

Atau memang sepertinya sebagian kita punya sejenis penyakit yang susah lupa pada dendam. Terutama jika itu berurusan dengan keluarga dan tetangga. Semisal tentang relasi Jawa-Sunda atau Bali-Sasak di keseharian kita. Kita sering sekali berkelahi dengan kerabat sendiri.

Padahal dengan Belanda dan Jepang yang terbukti secara sah datang menjajah berabad-abad kita mudah sekali melupakan. Lekas memaafkan dan melupakan dendam dan dengan bangga memakai produk-produk mereka.

Semisal memakai lampu pijar Phillip di ruang keluarga atau kemana-mana naik Honda, Toyota dan Yamaha. Kita bisa lupa soal derita romusa atau cerita keji di sekitar tanam paksa.

Jika pada Belanda-Jepang kita bisa demikian bangga, semestinya kita bisa menerima bagaimana hitam-putih sejarah Mataram. Sebagai bekal menata hari depan dan menjadikan kota ini selalu muda. Dengan segala kemajuannya, dengan budaya dan amal kebajikannya.

Selamat Hari Jadi Mataram ke-30.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button