ADVERTORIAL

Perjalanan Bisnis Lilara Mutiara Lombok, Dan 3 Hal Yang Menjadi Perhatiannya

Mataram (NTB Satu) – Lilara, salah satu brand perhiasan mutiara asal NTB yang sukses mengenalkan mutiara barok. Sang pemilik Lilara Mutiara Lombok, Laillina Mardhiyati menceritakan awal mula dirinya mulai terjun di bisnis ini pada tahun 2012.

“Dulu saya sempat berprofesi sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Mataram. Sembari mencari tambahan penghasilan, akhirnya pilihan jatuh pada bisnis ini. Kebetulan juga ada peluang karena pangsa pasar yang luas dan kompetitor masih sedikit”, ungkapnya pada NTBSatu, Selasa, 29 Agustus 2023 di Showroom miliknya, didaerah Telagawaru, Labuapi.

Dirinya mengaku pemasaran awal hanya bermodalkan promosi di akun facebook dan berjualan dari mulut ke mulut. Kendati demikian, dengan kisaran harga setiap produk ratusan ribu sampai jutaan rupiah, omzet yang dihasilkan mencapai ratusan juta perbulan dan mampu merekrut puluhan karyawan.

Kemudian Ia mencoba untuk menekuni bisnis dan mulai menciptakan produk sendiri. Akhirnya, Lilara Mutiara bernaung dibawah CV. Pandora yang didirikannya di tahun 2017 silam.

“Sampai pandemi Covid 19 menerjang, Bisnis ambrol dan dalam waktu singkat setengah dari jumlah karyawan terpaksa diberhentikan. Lalu, saya mencoba berjualan yang lain untuk bertahan hidup. Pelan – pelan mulai balik bisnis mutiara lagi 2021 kemarin”, ceritanya.

Mengusung tema “Perfectly Imperfect” pada produknya, Lina sapaan akrab sang pemilik bercerita, ada 3 hal yang menjadi perhatiannya yakni, women empowerment, community development, dan sustainable fashion. Ketiga hal tersebut yang ingin ia sampaikan kepada setiap orang yang membeli produk yang dihasilkannya.

“Desain produk unggulan kami, yakni Mutiara Barok bentuknya abstrak, tidak simetris. Desainnya tidaklah bulat sempurna seperti mutiara kebanyakan, namun disitulah letak keindahannya”, ujar ibu tiga anak ini.

Mengangkat isu Women empowerment atau pemberdayaan perempuan, kata “barok” merupakan serapan dari bahasa Perancis, “baroque” yang berarti berbentuk tidak wajar.

Menurut Lina, perempuan ibarat mutiara barok yang memiliki bentuk unik, tidak sama satu dengan lainnya. Di mana, alam membentuknya secara berbeda untuk memperlihatkan bahwa perempuan itu istimewa dengan membawa ceritanya masing – masing.

Selain itu, dalam hal community development atau pengembangan masyarakat ia melibatkan tenaga masyarakat lokal dan pengrajin mutiara yang berdomisili di area tempat tinggalnya. Mayoritas pekerjanya merupakan ibu rumah tangga dan mahasiswi magang.

Sejalan dengan perkembangan bisnisnya, Lina juga menerapkan Sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan pada praktik rancangan, produksi, distribusi, hingga implementasi desain produknya agar lebih ramah lingkungan.

“Salah seorang mentor saya berkata, bisnis yang bukan hanya membicarakan keuntungan semata. Namun harus juga memiliki sisi kebermanfaatan dan membentuk nilai positif untuk masyarakat”, paparnya.

Lebih dari sepuluh tahun berkiprah pada industri ini, sederet prestasi yang berhasil ditorehkan oleh Lilara Mutiara Lombok, antara lain sebagai peserta terbaik kategori desain mutiara oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2021, Finalis Pengusaha Muda Brilian 2022, Finalis Apresiasi Kreasi Indonesia 2022, hingga keikutsertaan dalam berbagai pameran lokal sampai mancanegara.

Mengakhiri perbincangan, Lina menyisipkan pesan dan kiat – kiatnya. Ia berpesan agar tetap bersyukur, terus belajar dan memperkaya wawasan.Sebab bisnis merupakan hal yang dinamis dan membutuhkan sentuhan kreatifitas serta inovasi pemiliknya.

Mungkin perjalanan tak sempurna, tetapi dengan pembelajaran yang kita peroleh dapat menyempurnakannya”, tutupnya. (STA)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button