Mataram (NTB Satu) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) telah menerima kunjungan tim BOFA asal Denmark. Tujuannya, untuk membantu Pemprov NTB mengatasi permasalahan lingkungan melalui tata cara peningkatan kapasitas.
Denmark berkomitmen untuk memerdekakan NTB dari sampah. Denmark ikut membina praktisi sampah di NTB selama tiga kali dalam jangka waktu yang berbeda.
Denmark menilai, NTB Zero Waste merupakan jalur untuk membina lingkungan menuju lebih baik.
Direktur BOFA, Jens Hjul Nielsen mengatakan, Gubernur NTB harus tahu bahwa ia memiliki Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki kriteria sangat baik. Gubernur NTB harus mengetahui bahwa ia mempunyai pegawai-pegawai yang berkarakteristik bagus.
“ASN di NTB cakap dan professional di bidangnya masing-masing. Gubernur NTB harus memberikan sumber daya yang baik agar para pegawainya dapat menghasilkan kualitas kerja yang mumpuni,” terang Jens, 28 Maret 2023.
Apabila hal itu terlaksana, Jens meyakini NTB akan menjadi daerah yang bebas dari sampah secara berkelanjutan.
Advisor Bidang Lingkungan Kedutaan Besar Denmark, Dodi Iswandi mengatakan, sebelum melakukan kerja sama dengan NTB, ia telah melakukan kajian berupa analisis terhadap daerah-daerah di Indonesia yang memiliki komitmen tinggi terhadap mitigasi perubahan iklim.
Dodi menilai bahwa NTB adalah daerah dengan komitmen yang paling kuat dan tinggi terhadap mitigasi perubahan iklim. NTB bahkan melakukan mitigasi perubahan iklim dalam sektor energi terbarukan dan pengelolaan sampah.
“Kami mengetahui bahwa ada program NTB Zero Waste. Kami merasa program itu adalah simbol bahwa NTB memiliki komitmen yang tinggi untuk mengatasi masalah persampahan di daerahnya,” ujar Dodi.
Konsultan Independen, Putrawan Habibi mengatakan, BOFA melaksanakan kegiatan yang sangat menarik di NTB. Kegiatan milik BOFA bukan hanya untuk menambah ilmu pengetahuan, melainkan menambah koneksi dan jaringan dari NTB maupun Denmark.
Peserta Lokakarya BOFA, Lia mengatakan, manusia membutuhkan banyak jenis kemampuan. Oleh karena itu, lokakarya yang dibuat BOFA merupakan hal yang bagus dan layak untuk diperbanyak.
“Saya merasa lokakarya harus lebih sering dan intensif. Saya merasa BOFA mendesain kegiatan lokakaryanya dengan sistem yang rapi. Bahkan, rahasia dalam pengelolaan sampah pun telah diberitahu,” tandas Lia. (GSR)