Mataram (NTB Satu) – Membahas pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) memang tidak akan ada habisnya. Kita dapat menemui ragam destinasi wisata di provinsi yang memiliki tiga suku ini (Sasak, Samawa dan Mbojo), mulai dari destinasi wisata alam, religi hingga budaya.
Salah satu keunggulan NTB adalah kita bisa menjumpai berbagai pantai dengan keindahannya masing-masing, antara lain Pantai Kuta yang berada Kabupaten Lombok Tengah. Kemudian Pantai Pink di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Pantai Lakey di Kabupaten Dompu, Pantai Lariti di Kabupaten Bima dan masih banyak lainnya.
Selain di atas, ada juga pantai yang populer di kalangan masyarakat setempat, yakni Pantai Selingkuh. Destinasi satu ini dikenal bukan hanya karena pesonanya, tetapi juga dari riwayat namanya. Sebutan “Selingkuh” pada pantai ini bisa memicu rasa tidak nyaman karena dapat diasosiasikan sebagai sebuah perbuatan terlarang.
Namun tak bisa dihindari, popularitas nama tempat ini sampai ke peta digital google map. Dengan mengetik kata kunci Pantai Selingkuh, Anda akan terhubung dengan sebuah tempat di belakang bangunan PLTD Tanjung Karang Ampenan. Tempat ini muncul dengan sebutan “Gang Pantai Selingkuh” terhubung dengan Jalan Arya Banjar Getas Ampenan.
Meski namanya cukup familiar, namun tidak banyak masyarakat yang mengetahui sejarah pemberian nama terhadap pantai yang bertempat di Tanjung Karang, Kota Mataram tersebut.
“Sebelumnya, bukan Pantai Selingkuh namanya, tapi Pantai Buyuk,” kata warga setempat, Mahyudin saat ditemui ntbsatu.com, Minggu, 5 Maret 2023.
Mahyudin mengisahkan, pemberian nama selingkuh bermula sejak tahun 80-an. Saat itu, terdapat seorang wanita yang berprofesi sebagai pelacur bersama kekasihnya datang mengunjungi Pantai Buyuk (Selingkuh, red).
Ketika sepasang kekasih tersebut sedang asyik bermesraan, tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang tidak lain adalah istri sang pria. “Perempuan marah-marah ke cowok itu, dan bilang ‘ternyata kamu selingkuh’,” ungkap Mahyudin.
Konon, sejak adanya kisah itu yang membuat masyarakat menyebut Pantai Selingkuh. “Makanya orang lebih tau selingkuh daripada buyuk,” ungkapnya.
Lebih jauh Mahyudin mengisahkan, sebelum diberi nama Buyuk pantai itu terlebih dahulu disebut dengan Pantai Jero Batu. Nama Jero Batu diambil dari seorang pendatang asal Bali, bernama demikian. “Dulu pendatang itu sering membawa perempuan simpanannya ke pantai,” katanya.
Ternyata, lanjut Mahyudin, dampak pemberian nama Pantai Selingkuh berdampak sampai sekarang. Hal itu terbukti dari banyaknya sepasang kekasih di luar nikah datang bermesra-mesraan hingga berbuat mesum di pantai itu. Dari kalangan muda hingga yang tua.
“Apalagi anak-anak SMP dan SMA, mereka kalau pacaran datang ke sini,” jelasnya.
Kondisi pantai yang cenderung sepi dan banyak semak-semak di sekitarnya, menjadi alasan banyaknya orang bermaksiat.
Sebelum populernya, pantai tersebut dahulu hanyalah daerah biasa yang dikelilingi pepohonan dan tanaman liar. Akses jalan juga tidak sebanyak seperti sekarang. “Masih kaya hutan, jalannya cuman satu,” ucap Mahyudin.
Ditambah lagi, polisi maupun warga sering memergoki orang berpacaran di pantai tersebut dalam operasi pekat atau dalam kasus tertentu.
Kendati banyak informasi miring yang beredar, Pantai yang berdekatan dengan pembangkit listrik ini tetap indah dan cocok dikunjungi, meskipun menurut pengamatan ntbsatu.com, kondisi pantai cukup kotor.
Apalagi posisinya yang bersebelahan dengan Pantai Tanjung Karang, Pantai Loang Baloq dan wisata sejarah makam keramat di Loang Baloq. Pengunjung juga dapat menyantap ikan bakar segar tidak jauh dari lokasi. (KHN)