Daerah NTB

Listrik 24 Jam di Pulau Medang, Hilangkan Kesenjangan Penerangan Pulau Terluar NTB

Mataram (NTB Satu) – Terletak di lepas Laut Flores menjadikan Medang sebuah pulau terluar, berjarak 27 Kilometer Utara Pulau Sumbawa Provinsi NTB.   Punya potensi kekayaan bahari yang kini semakin dilengkapi dengan energi listrik 24 jam  bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybird. Ini menjadikan Desa Bajo Medang, Kecamatan Badas Kabupaten Sumbawa Besar sebagai minatur prestasi kelistrikan yang bersumber dari energi ramah lingkungan.  

Bertepatan dengan bulan proklamasi kemerdekaan RI pada Agustus 2022, warga Pulau Medang akhirnya merdeka dari keterbatasan penerangan. Mereka dapat menikmati listrik pada siang hari hingga malam hari. 

Sebelum PLTS beroperasi, kelistrikan di sana hanya menyala 12 jam, yakni pukul 18.00 – 06.00 Wita.   Tepat Agustus 2022, dengan memanfaatkan panas matahari untuk mengoperasikan PLTS, penduduk di sana akhirnya dapat menikmati listrik 24 jam  non stop. 

Dengan adanya PLTS berkapasitas 314 kWP yang dilengkapi dengan baterai berkapasitas 550 kWh dan juga inverter ini, masyarakat di pulau seluas 4,35 km2 tersebut dapat menikmati listrik selama 24 jam.

Ini adalah wujud komitmen PLN untuk melistriki hingga pelosok negeri dan pengoptimalan Energi Baru Terbarukan (EBT). Sehingga PLN NTB mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Medang. 

Pergerakan perekonomian pun terlihat dengan hadirnya PLTS tersebut. Selain menerangi rumah permanen dan semi permanen yang mendominasi di pulau itu, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi lebih terasa geliatnya.  

IKLAN
Instalasi listrik di salah satu rumah warga Pulau Medang, Sumbawa. Foto : Dok PLN

Warga yang merasakan dampak itu adalah Jamaan, salah satu penduduk di Desa Bugis Medang yang memiliki usaha toko kelontong dan minuman cepat saji. Dia merasakan langsung  dampak kelistrikan di pulau dengan mayoritas penduduk bermata pencahariaan nelayan tersebut. Tak tanggung tanggung, listrik dapat dioperasikan 24 jam. 

“Tentunya ini sangat menjadi kemajuan bagi kami dan warga semua. Listrik yang selama ini beroperasi 12 jam, kini bisa dipakai seharian penuh. Tentu saja usaha kami juga akan lebih maju, karena selama ini harus menyalakan genset di siang hari, tapi sekarang bisa pakai seharian penuh,” kata Jamaan belum lama ini.

Senada Jamaan, Ibu Rumah Tangga (IRT) Jumianti,  menyampaikan rasa syukurnya dengan masuknya listrik 24 jam dari PLTS di sana. Selain kemudahan anaknya belajar, Jumianti juga dapat memperoleh pendapatan sampingan dengan mengoperasikan lemar es untuk berjualan es batu. 

“Alhamdulillah kita senang. Kini tidak lagi susah dengan adanya lampu yang nyala seharian. Kita bisa menambah lemari es untuk berjualan es batu. Anak-anak juga bisa belajar kapan saja,” ungkap ibu dua anak ini. 

Apresiasi kehadiran PLTS dari PLN ini mendapat apresiasi langsung dari Pemprov NTB melalui Kepala Dinas Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM), Zaenal Abidin.  Kebijakan PLN tersebut sangat membantu menghilangkan kesenjangan kelistrikan di daerah terpencil dan pulau terluar di NTB. 

“Ini tentunya langkah yang luar biasa dari PLN. Tidak hanya sekedar melistriki, tapi berhasil menghadirkan green energy di pulau terluar NTB,” ujarnya. 

GM PLN UIW NTB, Sudjarwo saat meninjau pengoperasian PLTS Hybrid di Pulau Medang, Sumbawa. Foto : Dok. PLN

Pembangunan PLTS yang akan beroperasi secara hybrid dengan PLTD milik PLN di Pulau Medang, juga dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan BBM yang harganya saat kian melambung. 

“Selain itu, mengurangi biaya pokok produksi listrik dan meningkatkan bauran energi terbarukan dalam bauran energi daerah NTB,” tutur Zaenal.

Sementara  General Manager PLN NTB, Sudjarwo menjelaskan, pembangunan PLTS senilai 14,3 Miliar di pulau yang mayoritas penduduknya adalah nelayan itu, selain untuk mengantisipasi beban yang pastinya akan semakin meningkat. 

“Juga sebagai upaya untuk pencapaian target bauran EBT sebesar 23 persen di tahun 2025,” paparnya.

Sudjarwo juga menjelaskan tantangan dalam pembangunan PLTS ini adalah jarak yang cukup jauh dan juga faktor cuaca. Akses menuju Pulau Medang yang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kapal, tentunya akan berpengaruh pada saat mobilisasi instrumen dan komponen PLTS. 

“Dengan beroperasinya PLTS ini, roda ekonomi makin bergerak, kesejahteraan masyarakat makin baik. Usaha-usaha yang semula manual dapat memanfaatkan listrik dengan baik. Industri pariwisata, UMKM, dan peluang usaha ekonomi kreatif juga dapat tumbuh dengan baik,”  tutur Djarwo, sapaannya. 

Saat ini, jumlah pelanggan PLN di Pulau Medang ini adalah berjumlah 720 orang dan didominasi oleh pelanggan rumah tangga.  Sebelum beroperasinya PLTS, listrik di Pulau Medang disuplai dari empat unit mesin diesel dengan total kapasitas terpasang 460 kW.  Dengan beban puncak rata rata 160 KW, kehadiran PLTS ini diharapkan dapat menyuplai kebutuhan listrik masyarakat dengan energi bersih. (HAK

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button