Mataram (NTB Satu) – Majestic Tambora, sebuah film yang menggambarkan dahsyatnya erupsi tambora yang mengubah peradaban tahun 1815.
Persis Tanggal 31 Januari 2022 lalu, film ini pertama kali dirilis di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta pusat.
Film Majestic Tambora kini dapat ditonton melalui kanal Youtube ‘Balai Taman Nasional Tambora’ dan kanal ‘Ayo Ke Taman Nasional’.
Harley B. Satha, produser Film Majestic Tambora mengatakan, film dengan durasi 35 menit ini diadaptasi dari jejak hasil pendakian dan data riset Heinrich Zollinger.
Heinrich Zollinger, peneliti dan pendaki berkebangsaan Swiss. Ia adalah pendaki pertama Gunung Tambora pasca erupsi tahun 1815.
Kemudian, keinginan kuat untuk menunjukkan kelebihan Gunung Tambora, juga turut memprakarsai penggarapan film. Kelebihan Gunung Tambora ingin ditunjukkan melalui banyak aspek, seperti jalur pendakian yang beragam, kebudayaan, sampai dengan aspek historis.
“Kami ingin mengangkat banyak hal dari Tambora. Nah, keinginan – keinginan tersebut, kemudian memantik niatan kami untuk menggarap film pendek soal Tambora,” ujar Harley dihubungi ntbsatu.com Rabu, 2 Februari 2022.
Harley juga mengungkapkan, selain sebagai dokumen artistik, Film Majestic Tambora juga berfungsi menjadi dokumen sosial dan sejarah.
“Gunung Tambora sebagai simbol sejarah, masih luas sekali. Jadi, kami pun berharap agar banyak orang menggali soal gunung yang sempat membuat satu dunia tidak mengalami musim panas,” ucap Harley, yang juga penulis skrip film tersebut.
Proses pembuatan Film Majestic Tambora melibatkan tujuh kru dengan produksi sejak Agustus 2020 dan rilis pada Januari 2022. Harley pun mengakui untuk jenis film pendek, waktu yang tersita dalam penggarapan Film Majestic Tambora relative cukup lama.
“Cukup lama kami menggarap film Majestic Tambora. Selain terhalang oleh pandemi, kami juga mengalami proses riset yang cukup panjang,” jelas Harley.
Menyoal dana dan proses produksi, Harley yang tergabung bersama Baraka Bumi mengaku menggunakan kocek pribadi dan dibantu oleh Balai Taman Nasional Tambora, AREI Outdoor Gear, FMI, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) serta beberapa pihak lainnya.
“Semua pihak terkait memiliki komitmen yang sama dengan kami. Hal itu bisa dilihat dari keseluruhan tim bekerja dengan sangat baik,” tambah Harley.
Selanjutnya, kata “Majestic” dalam bahasa Indonesia berarti megah. Penggunaan kata ini menurut Harley sudah cukup merepresentasi Gunung Tambora.
“Saya dengan tim sepakat untuk memakai kata majestic. Sebab, kata majestic sendiri sudah cukup mewakili seluruh hal dari Gunung Tambora,” ujarnya.
Ditanya soal respon masyarakat adat dan sekitar Dompu dan Bima, Harley mengungkapkan, mereka menyambut positif dan antusias.
“Seluruh elemen masyarakat menyampaikan hal baik dan mendukung kami. Sampai-sampai, saat rilis kemarin, banyak tokoh-tokoh baik dari Dompu dan Bima hadir di acara,” tutup Harley. (GSR)