Selong (NTBSatu) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Jenderal Agus Subiyanto menjadi Panglima TNI menggantikan Laksamana Yudo Margono.
Baca Juga: Anak Dijanjikan Jadi Perwira TNI, Orang Tua di Bima Diduga Tertipu Rp340 Juta
Pelantikan itu digelar di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu, 22 November 2023, pukul 08.30 WIB.
Jauh sebelum menjadi tentara, Agus pernah menceritakan bahwa dirinya pernah dianiaya oleh Polisi Militer (PM) saat baru lulus SMA.
Kala itu, di pengujung Februari 1986, Agus Subiyanto naik motor bertiga dengan temannya. Ketiganya yang baru lulus SMA, berboncengan tanpa mengenakan helm. Niatnya sekadar berputar-putar di seputar Cimahi lalu akan nongkrong di suatu tempat.
Tiba-tiba saat melintasi pertigaan Leuwigajah, Baros, mereka berpapasan dengan seorang anggota PM. Di bagian dada baju dinasnya tertulis nama ‘Harahap’ dengan pangkat Kopral.
Berita Terkini:
- Jaksa Teliti Berkas Perkara Tersangka Agus
- Pemprov NTB Kembali Pulangkan 5 WNI Asal NTB Terdampak Perang Suriah
- Polisi Kantongi Saksi Kunci Meninggalnya Santriwati Ponpes Al Aziziyah
- DBD di NTB Capai 3.848 Kasus, 7 Orang Meninggal Dunia
Petugas berseragam hijau itu menggiring mereka ke Detasemen Polisi Militer (Denpom) Cimahi. Di sana Harahap menghujani ketiga remaja itu dengan pukulan dan tendangan ke bagian perut, punggung, dan tulang kering.
“Bonyoklah saya tanpa berani melawan,” kata Agus Subiyanto mengenang masa lalunya, dikutip dari detikcom.
Namun selama menerima pukulan dan tendangan bertubi-tubi itu, Agus yang dikenal sebagai ‘tukang gelut’ mengaku tak sekalipun menundukkan kepala atau memalingkan tatapan dari wajah kopral itu.
“Lihat saja nanti, kalau aku jadi tentara,” kata Agus membatin seperti tertuang dalam buku ‘Believe’ yang ditulis Valent Hartadi.
Baca Juga: Isu SARA jadi Prioritas TNI Selama Musim Politik
Momen penganiayaan itulah yang semakin mendorong Agus untuk menjadi tentara. Sebuah cita-cita yang sebetulnya kerap didorong oleh ayahnya, Serka Deddy Unadi.