OpiniWARGA

Mengabari Padu Padan NTBSatu

Oleh: Mujaddid Muhas, M.A.

“Pers adalah instrumen paling baik dalam pencerahan dan meningkatkan kualitas manusia sebagai makhluk rasional, moral, dan sosial” – Thomas Jefferson

Seperti yang kita ketahui bahwa pers merupakan satu dari lima pilar demokrasi. Membuncah menjadi kekuatan ekuilibrium, sekaligus katalis dari hiruk pikuk serta melaburnya informasi. Pers berperan pula pada penjernihan dari blurnya informasi dan corong penerang bagi sehat segarnya demokrasi kita. Kendati, kita ketahui pula pers pada masa kini mengalami semacam tren baru, apa yang disebut sebagai “Homeless Media”. Informasi berita yang dikemas apik dan tertata lugas, padat, singkat dan jelas menyasar segmentasi generasi milenial dan generasi Z yang mendapatkan “ruang” responsif dan interaksi dari para netizen. Amsal kita simak pada @jktinfo, @bdginfo, @buletinmedan, @ngertisaham, @opiniid dan lainnya. Adapun di NTB seperti @insidelombok, @mataramnow, @hailotim dan sebagainya.

Homeless Media mewujud awalnya tanpa memiliki wadah situs website atau aplikasi, tetapi dengan mengandalkan platform digital mampu memberikan informasi terkini, ringan, dan terus menerus kepada bejibun netizen. Selain clickbait yang terkadang melampaui media konvensional. Apakah ini mengancam media yang telah eksis? Jawabannya, tidak demikian adanya. Masing-masing bisa eksis. Justru eksistensi homeless media menjadi stimulan bagi media konvensional, untuk berbenah dan melakukan terobosan. Walaupun dari sisi jenis media, ada gejala tergerusnya media cetak. Pendulum media mengalami pergeseran dari media cetak ke transformasi platform media digital (media sosial).

IKLAN

Koran KOMPAS pada tahun ini, mulai tanggal 28 Desember 2025 tak terbit lagi, Koran REPUBLIKA pada akhir tahun 2022, begitu pula Tabloid Nova dan Majalah Gatra. Media-media yang dulunya tiap hari atau tiap pekan menghampiri kita, bagi yang berlangganan atau membeli insidental. Media cetak yang menyajikan informasi berita yang menghiasi kehidupan sehari-hari, kini ada yang tak terbit lagi. Rerata media-media populer tersebut, beralih ke media digital. Media yang mengalami transformasi sekaligus konvergensi. Transformasi dari manual cetak ke digital online. Konvergensi bukan hanya pada narasi dan gambar, tetapi dilengkapi dengan suara dan tayangan video. Oleh karenanya, kita kerap menyimak media yang dulunya hanya ada dalam bentuk koran, dengan media yang sama kita sudah bisa melihat seperti siaran radio dan televisi. Kesemuanya, menggunakan platform media digital.

Kini, saya mengajak pembaca, meneroka media NTB Satu. Media yang eksisiting sejak 19 Desember 2020, berkisar lima tahun kemarin. Semula NTB Satu diorbit sebagai media online dengan amplifikasi penyerta media sosial. Punya beberapa rubrik liputan yang relatif berbeda dari lazim media online lainnya. Media yang berbasis utama pada website: ntbsatu.com dengan berbagai platform media sosial (Youtube, Facebook, Instagram, dan Tiktok). Menyajikan pemberitaan terkelola dari dapur redaksi yang terjaga kualitasnya, menghadirkan pemberitaan cover both side serta punya Rubrik Liputan Khusus (Lipsus) berkala. Hasil kolaborasi dengan media TEMPO pada tingkat nasional serta jejaring para media.

Dalam hal liputan khusus yang bergenre investigasi itu, NTBSatu mempunyai captive market pembaca. Pasalnya, tiap ada Lipsus, pembacanya langsung bejibun. Media online NTBSatu, menyebutkan medianya sebagai era baru jurnalisme. Bertumbuh sebagai media yang telah terverifikasi Dewan Pers (2025) serta merekrut talenta-talenta muda jurnalis tangguh di lapangan yang berpadu padan dengan kehendak zaman. Meneroka sendi-sendi kehidupan dari berbagai sisi tilikan jurnalistik, kemudian menyajikannya ke hadapan khalayak pembaca.

Apa yang baru dari media NTB Satu? Sebagai netizen pembaca para media, saya mendengar kabar bahwa NTBSatu online, per 2 Januari 2025 memperluas sajiannya ke dalam format cetak: Koran NTBSatu. Sebagaimana tulisan opini/artikel ini. Transformasi media lokal di NTB yang “kontras” dengan arus media cetak nasional ke arah digital. Media NTBSatu, memulai debutnya dengan media digital. Kemudian mengembangkan khalayak pembaca dengan menerbitkan versi cetaknya. Suatu “tren yang tak lazim” tetapi nyata adanya. NTBSatu kini punya koran. Pembaca bisa menikmati aroma kertas yang khas saban hari, kecuali hari libur. Pembaca dapat mendengar suara helaian koran ketika dibuka, pembaca pun dapat menyimak edisi epapernya, pada laman website secara berlangganan.

Segmentasi penyuka koran pun pasti ada sebagai pelanggan komunitas, pelanggan karena mengetahui kualitas media, pelanggan kelembagaan, dan pelanggan lantaran favoritable yang berdampak dan berpengaruh. Tren tak lazim yang dimulai dari NTB Satu, bisa dikatakan sebagai terobosan yang berani dan futuristik di tengah-tengah “terinterupsinya” media cetak. Kalau berani, bagi jurnalis itu biasa dan memang telah tuman. Karakter pokok yang dimiliki bagi para jurnalis. Sedangkan futuristik, saya berimajiner, mungkin media NTBSatu telah berpikir, mengukur, dan menakar timbang-timbang matang, mengapa harus ada versi koran.

NTBSatu punya portofolio prospektifnya, ketika memutuskan selain media online berbasis website dan media sosial. Kini meneroka ke versi koran dan epaper. Dari sisi pembaca saja, menurut Google Analytics  (2024), NTB Satu memiliki pembaca berkisar 1,51 juta netizen dengan keterbacaan iklan mencapai 3,4 juta kali. Ada pula halaman online yang terbaca mencapai 4,1 juta halaman. Diprediksi pada akhir 2025, pembaca NTBSatu meningkat pesat, seiring intensitas pemberitaan dan daya keterjangkauan media yang menyasar hingga ke banyak segmentasi netizen. Kabar padu padan eksistensi NTBSatu ini, menggembirakan dan menggairahkan pers/media. Tentu saja, berdampak bagi para pembaca. Mendapatkan sajian informasi berita lebih praktis dengan intensitas rutin.

Pentingnya media tak terelakkan. Peristiwa viral mandi lumpur dari Kepala Desa Bonder Selamat Riadi di Lombok Tengah baru-baru ini yang melakukan unjuk protes terhadap kondisi jalan di desa yang dipimpinnya. Dalam sekejap (tak berselang dua hari), jalan tersebut langsung diperbaiki. Kita ingat bencana Gempa Bumi yang melanda Lombok (2018) dengan segala konsekuensinya atau orbitnya para tokoh, selebriti, pengusaha, politisi dan siapa saja, tak lepas dari peran katalis media (multimedia) yang menghadirkan informasi berita dari waktu ke waktu. Media mengabari ke hadapan khalayak, sebagai konsekuensi corong publik, ada sebagian diantaranya katalis masyarakat dan pemerintah, ketika dikelola secara profesional bertanggung jawab. Corong yang menyemai antara piranti pers dan piranti bisnis. Izinkan saya menukilkan inspirasi dari seorang Thomas Jefferson Presiden Amerika Serikat ke-3 (Dua Periode: 1801-1809) yang menyatakan: “Pers adalah instrumen paling baik dalam pencerahan dan meningkatkan kualitas manusia sebagai makhluk rasional, moral, dan sosial”. Mengabari padu padan NTB Satu, menyajikan perspektif baru. NTB perlu pers/media yang bertumbuh, seiring meningkatnya kualitas manusia. Tahniah untuk koran NTBSatu. Selamat Tahun Baru 2026. Senang mengulang tagline-nya yang senantiasa baru: era baru jurnalisme. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button