Muslimah Lombok Jadi Inspirasi Elizabeth Gilbert dalam Kisah ‘Eat Pray Love’
Mataram (NTBSatu) – Elizabeth Gilbert pernah mengalami masa paling berat dalam hidupnya, dan pengalaman itu justru mempertemukannya dengan seorang muslimah Lombok yang meninggalkan kesan mendalam.
Pertemuan tersebut kemudian membentuk pandangan baru Gilbert tentang kebaikan, ketulusan, dan nilai kemanusiaan yang ia bawa hingga kini.
Kisah itu pula yang menguatkan perjalanan batinnya yang tertuang dalam memoar fenomenal “Eat Pray Love”. Sebuah karya yang terjual lebih dari 10 juta eksemplar dan berhasil menarik perhatian dunia hingga akhirnya muncul dalam bentuk film.
Perjalanan spiritual Gilbert bermula setelah perceraian yang mengguncang jiwanya. Dalam wawancara bersama Oprah Winfrey, ia menceritakan dirinya memilih Lombok sebagai tempat untuk memulihkan batin.
“Saya sangat merasa tertekan. Saya putuskan untuk pergi ke pulau kecil ini (Lombok) dan menjalani 10 hari untuk menyendiri dan berdamai dengan diri saya karena saya begitu malu dan menderita,” ungkap Gilbert, mengutip TikTok @inilah.com, Selasa, 9 Desember 2025.
Ia lalu menghabiskan sepuluh hari untuk menyepi, berkeliling pulau, dan menjaga keheningan penuh sebagai bentuk penyembuhan diri.
Pertemuan yang Mengubah Pandangan Elizabeth Gilbert
Selama menjalani rutinitas menyendiri, Elizabeth Gilbert selalu berpapasan dengan seorang perempuan muslim Lombok.
Setiap kali bertemu, perempuan itu menaruh tangan di dada sambil tersenyum ramah, dan Gilbert membalas gestur tersebut. Interaksi sederhana itu memberikan kenyamanan tersendiri bagi Gilbert yang saat itu tidak mengenal siapa pun.
Namun, sebuah kejadian membuat hubungan keduanya berkembang lebih jauh. Gilbert mengalami keracunan makanan yang cukup parah.
Tubuhnya melemah, pikirannya dipenuhi ketakutan, dan ia merasa terasing karena berada jauh dari siapa pun yang ia kenal. Dalam kondisinya yang tergeletak di gubuk kecil, ia mengira dirinya terkena malaria.
Perempuan muslim itu kemudian muncul dan mengetuk pintu. Gilbert menduga perempuan tersebut memperhatikan perubahan kondisinya dari pertemuan terakhir.
“Dan perempuan ini datang mencari saya. Nampaknya dia kemarin memperhatikan saya dalam kondisi yang kurang sehat. Tapi saat dia tidak melihat saya berkeliling seperti biasanya, dia datang dan mengetuk pintu,” ungkapnya.
Ia datang dengan kepedulian tulus, memberikan isyarat akan kembali membawa makanan segar serta air. Benar saja, satu jam kemudian perempuan tersebut kembali dan merawat Gilbert seolah merawat anaknya sendiri.
“Saya mulai menangis di pelukannya. Dia merangkul saya seperti anaknya sendiri, menenangkan dan merawat saya,” tambahnya.
Perhatian itu menjadi momen yang sangat menyentuh bagi Gilbert. Ia mengakui perempuan itu menunjukkan kebaikan terbesar yang pernah ia terima, meskipun mereka tidak memiliki hubungan apa pun dan tidak saling mengenal sebelumnya.
Gilbert juga menegaskan, pengalaman itu membentuk penilaiannya tentang Islam dan umat muslim. Menurutnya, perempuan tersebut memberikan contoh nyata tentang kemurahan hati yang melampaui batas perbedaan.
“Dia adalah penilaian saya pada Islam. Apapun kata dunia tentang Islam. Dia adalah pandangan saya tentang Islam,” tegas Gilbert.
Melalui pertemuan singkat namun bermakna tersebut, Elizabeth Gilbert menemukan kembali harapan dan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan hidupnya. (*)



