Pemerintahan

Deretan Kontroversi Wali Kota Prabumulih, Pamer Empat Istri hingga Pecat Kepala SMP

Mataram (NTBSatu) – Wali Kota Prabumulih, H. Arlan menarik perhatian publik karena sejumlah aksinya memicu kontroversi. Pria yang dikenal dengan sapaan Cak Arlan itu berulang kali menciptakan polemik, mulai dari urusan pribadi maupun kebijakan yang menyentuh kepentingan masyarakat

Berdasarkan penelusuran NTBSatu, inilah deretan kontroversi yang melibatkan Wali Kota Prabumulih :

1. Kasus Pemecatan Kepala SMPN 1 Prabumulih

    Kontroversi terbaru muncul ketika Arlan mencopot Roni Ardiansyah dari jabatan Kepala SMPN 1 Prabumulih.

    Keputusan tersebut bermula setelah Roni menegur anak Cak Arlan yang membawa mobil ke sekolah. Publik menilai, langkah itu tidak adil dan sarat kepentingan pribadi.

    Setelah kritik keras bermunculan, Arlan akhirnya membatalkan keputusannya. Ia meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi.

    Ajudan Presiden Prabowo Subianto, Rizky Irmansyah juga mengumumkan pembatalan melalui akun Instagram pribadinya @rizky_irmansyah pada Selasa malam, 16 September 2025.

    “Sudah selesai ya, kepala sekolahnya akan kembali bertugas ke sekolah asal, dan satpamnya juga akan kembali bertugas di sekolah asal,” tulis Rizky.

    2. Aksi Pamer Empat Istri saat Kampanye

      Sebelum menjabat, Cak Arlan sudah mencuri perhatian publik saat kampanye Pilkada 2024. Dalam berbagai kesempatan, ia mengajak empat istrinya untuk mendampingi kegiatan politik. Bahkan, ia memperkenalkan satu per satu istrinya di atas panggung.

      “Ini banyak yang ngomong kan Cak banyak bini, Cak ada empat bini, itu benar. Tapi saya bertanggung jawab dunia dan akhirat,” ucap Arlan di hadapan masyarakat, mengutip insertlive.com, Rabu, 17 September 2025.

      Menurut Arlan, keberadaan empat istri justru menjadi kekuatan tambahan. Ia meyakini, para istrinya dapat membantunya menjalankan program untuk masyarakat, terutama kaum ibu.

      IKLAN

      Pernyataan itu membuat publik terbelah, antara yang mendukung dan menilai tindakannya sekadar pencitraan.

      3. Sanksi untuk 18 Tenaga Kesehatan

        Kontroversi lain melibatkan tenaga kesehatan Rumah Sakit AR Bunda Prabumulih pada Juli 2025. Sebanyak 18 tenaga medis terkena sanksi, setelah menolak memberikan pelayanan kepada anak H. Arlan yang mengalami luka di kepala dan membutuhkan operasi.

        Sebagai konsekuensi, tenaga medis tersebut dipindahtugaskan ke daerah yang jauh dari domisili mereka. Kebijakan itu kembali memicu kritik, karena publik menilai Arlan menekan tenaga kesehatan demi urusan pribadi.

        Rangkaian peristiwa tersebut memperkuat pandangan publik, H. Arlan kerap memicu polemik dalam berbagai situasi. Mulai dari kampanye hingga masa kepemimpinannya sebagai Wali Kota Prabumulih, tindakannya terus mengundang perhatian luas. (*)

        Berita Terkait

        Back to top button