Dukung Rinjani Travel Mart, Gubernur NTB Soriti Isu Lingkungan, Daya Saing UMKM, dan Digitalisasi

Mataram (NTBSatu) – Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, menyatakan dukungan penuh penyelenggaraan Rinjani Travel Mart (RTM) 2025. Ia menegaskan, acara ini menjadi ajang strategis untuk memperkuat pariwisata berkelanjutan sekaligus mengatasi sejumlah tantangan utama di sektor pariwisata NTB.
“Rinjani Travel Mart bukan hanya ajang bisnis tapi juga ruang untuk memperkenalkan budaya sekaligus menggerakkan ekonomi lokal. Mudah-mudahan penyegaran konsep tahun ini bisa segera selesai sehingga tahun depan acara ini berjalan lebih baik,” ujar Iqbal, Jumat, 12 Oktober 2025.
Acara ini akan digelar pada 10–12 Oktober 2025 berlokasi di Hotel Montana, Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika (KEK) Lombok Tengah.
Kegiatan ini akan menghadirkan seller dari hotel, desa wisata, dan operator tour. Peserta juga berkesempatan mengikuti tour gratis ke sejumlah destinasi sekitar Mandalika termasuk kunjungan ke Desa Merese.
Dalam audiensi tersebut, Gubernur menyoroti tiga isu utama yang perlu menjadi perhatian bersama. Pertama, masalah pengelolaan lingkungan, khususnya sampah di kawasan strategis seperti Mandalika. Menurutnya, citra destinasi internasional harus didukung oleh sistem kebersihan yang profesional.
“Pariwisata tidak boleh tumpang tindih dengan urusan kebersihan. Kita menghadapi tantangan sistem pengelolaan sampah yang belum standar. Ada waste tapi belum ada manajemennya,” tegasnya.
Ia menyampaikan, tantangan daya saing ekonomi lokal, termasuk tingginya harga hotel di kawasan Mandalika yang mencapai Rp3 juta per-malam dan persaingan dengan platform penjualan daring. Untuk itu Ia menekankan pentingnya proteksi terhadap pelaku usaha lokal di tengah gempuran digitalisasi.
“Sejarah pariwisata berubah. Tidak hanya empowerment tapi juga proteksi, termasuk tantangan digitalisasi seperti penjualan online lewat Traveloka,” jelasnya.
Ketiga, Iqbal mendorong adanya penguatan UMKM serta desa wisata lokal. Menurutnya, adanya kegiatan seperti pameran, tour gratis ke Desa Merese, serta tiga workshop, termasuk forum kolaborasi internasional di Kuala Lumpur.
“Harapannya bisa menjadi momentum untuk memperluas peluang bagi produk lokal kita agar lebih kompetitif,” ucap Iqbal. (*)