
Oleh: Sahrul Al Walid – Akademisi Universitas Mataram
Menyikapi aksi demonstrasi yang berlangsung beberapa hari lalu di sejumlah titik khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), kita semua diajak kembali untuk melakukan reflektif dan korektif secara menyeluruh atas dinamika yang terjadi, dengan kerangka demikian NTB adalah rumah besar kita yang harus kita jaga dan bersama-sama untuk membangun ketertiban sosial.
Aksi-aksi yang bersifat destruktif itu tidak mendatangkan kebaikan buat masa depan justru menghambat tumbuh-kembangnya kewarasan peradaban demokrasi. kita harus tetap dingin dalam menyampaikan pendapat atau kritik ditengah ruang publik, jangan mudah tersulut emosi dan amarah berkepanjangan. Berikan ruang demokrasi untuk tumbuh dan besar dengan ide-ide alternatif tanpa kekerasan atau adu jotos sesama anak bangsa, apalagi sampai berguguran lantaran buntu dalam mengelola arti kebebasan.
Peristiwa demonstrasi beberapa hari lalu, mengandung kesan dan makna korektif untuk para politisi di Tingkat legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Politisi sebaiknya tidak melakukan manuver-manuver politik yang merugikan rakyat, kebijakan-kebijakan yang dibuat harus berorientasi pada kepentingan umum, transparan dan punya kemampuan good will yang baik dalam menjaga demokrasi. Sebab, rakyat terlampau hebat jika diajari untuk bertindak tidak professional.
Refleksi penting yang harus dicatat adalah bahwa manuver politik yang hanya mementingkan kepentingan kelompok atau golongan akan mencederai demokrasi. Politik semestinya menjadi ruang pengabdian, bukan sekadar arena perebutan kekuasaan. Transparansi, akuntabilitas, dan kejujuran adalah fondasi yang perlu ditegakkan. Tanpa itu, kepercayaan publik akan terus terkikis, dan jarak antara penguasa dengan rakyat akan semakin lebar.
Selain itu, para pemimpin juga dituntut memiliki good will yang tulus dalam melaksanakan amanah. Sebuah kebijakan yang tidak berlandaskan niat baik hanya akan melahirkan kegaduhan sosial dan memantik konflik horizontal. Maka, diperlukan kesadaran kolektif dari para elit politik untuk mengedepankan kepentingan bangsa di atas segala kepentingan pribadi. Demokrasi hanya akan sehat apabila dilandasi oleh etika politik yang bermoral dan profesional.
Akhirnya, demonstrasi ini harus dimaknai sebagai teguran yang membangun, bukan ancaman. Rakyat sudah terlalu cerdas untuk dibodohi dengan janji-janji kosong atau retorika yang meninabobokan. Jika politisi terus mengabaikan suara rakyat, maka mereka sedang menggali jurang pemisah antara kekuasaan dan kepercayaan. Jalan terbaik ke depan adalah merajut kembali komitmen kebangsaan: menghadirkan kebijakan yang adil, menjaga kepercayaan publik, dan memastikan demokrasi tumbuh dengan sehat demi kesejahteraan bersama.
Untuk itu segenap elemen gerakkan rakyat, kita tetap perlu bersikap kritis dan membangun ruang-ruang dialogis yang terbuka sebagai fungsi kontrol atas kemandekkan kebijakan politik, seiring dengan itu pula kita harus tetap sadar bahwa kesadaran sosial kritis sejatinya perlu menampilkan kedalaman reflektif, NTB sebagai tempat tumbuh kembangkan nilai-nilai kesantunan dan adab harus terus dijaga, demi terwujudnya NTB yang lebih baik.
Selain itu, saya kira kita perlu melakukan rekonsiliasi terhadap makna keutuhan dan keamanan, tidak terpancing dengan isu-isu provokatif yang tidak menguntungkan bahkan merusak tatanan demokrasi yang terlampau jauh dibangun oleh pahlawan-pahlawan terbaik kita di NTB.
Propaganda dan isu-isu liar terus memprovokasi keadaan bahkan menggerogoti masuk kamar-kamar tidur bahkan diruang-ruang dapur, targetnya adalah memancing amarah agar kita tergerak untuk melakukan gerakan yang tidak terpuji. Saya kira kita perlu merespon dengan melakukan langkah-langkah terbaik untuk menfilterisasi isu provokatif diantaranya tidak terjebak dengan arus isu diberbagai platform media sosial, bersikap Tabayyun (klarifikasi), bangun Dialog yang Sehat, Perkuat Solidaritas demi NTB yang aman dan lebih baik.
Seiring dengan itu, saya hendaknya tetap membangun optimisme kepada pemerintah NTB dan pihak aparat keamanan agar mengapresiasi masyarakat sebagai bagian dari kesatuan demokrasi, untuk itu kita sebagai warga NTB untuk tetap menahan diri dan menjaga kerukunan. Dengan semangat kebersamaan, NTB diharapkan tetap menjadi rumah yang damai, tempat seluruh warganya bisa hidup rukun, aman, dan tenteram. (*)