Sirkuit Mandalika, dari Balapan Dunia hingga Penggerak Ekonomi Masyarakat

Mataram (NTBSatu) – Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika menggelar Asia Road Racing Championship (ARRC) akhir pekan ini, Minggu, 31 Agutsus 2025.
Sebagai informasi, ARRC merupakan sebuah kejuaraan balap motor tingkat Asia yang dipromotori oleh Two Wheels Motor Racing (TWMR).
Tiga pembalap Indonesia kini tengah memimpin klasemen kejuaraan ARRC di tiga kelas, yakni Underbone 150cc, Asia Production 250cc, dan Supersport 600cc.
Keberadaan Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika di Lombok, NTB, kini menjadi bukti nyata bahwa olahraga dapat menjadi penggerak ekonomi daerah.
Sejak dibuka pada 2021, sirkuit yang berada di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika ini tak hanya menjadi tuan rumah ajang-ajang balap dunia. Tetapi juga menghadirkan manfaat luas bagi masyarakat, mulai dari UMKM, hotel, kuliner, hingga industri cendera mata.
Direktur Utama MGPA, Priandhi Satra mengatakan, Mandalika telah berkembang jauh lebih dari sekadar arena motorsport. Juga sebagai motor pertumbuhan ekonomi masyarakat Lombok.
Event Internasional dan Magnet Ekonomi
Sejak debut di 2021, Mandalika sudah menggelar serangkaian event internasional bergengsi, yakni Wolrd Superbike (WSBK), MotoGP, Porsche Carrera Cup Asia. Kemudian, GT World Challenge Asia, hingga Asia Road Racing Championship (ARRC).
Dalam tiga tahun terakhir saja, tercatat ada lebih dari sepuluh kejuaraan internasional berlangsung di Mandalika.
“Dengan keberadaan KEK, penyelenggaraan event balap menjadi lebih murah dan efisien. Kemudahan fiskal dari Bea Cukai membuat barang habis pakai dibebaskan bea, sementara barang non habis pakai seperti motor balap hanya ditangguhkan. Ini jelas memudahkan kami, dan pada akhirnya menambah daya tarik Mandalika bagi penyelenggara event internasional,” jelas Priandhi.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama MGPA, Samsul Purba menyoroti besarnya dampak ekonomi dari event–event tersebut.
Ia mencontohkan, gelaran ARRC 2025 yang membawa 1.000–1.500 pembalap dan kru dari berbagai negara untuk tinggal di Mandalika selama seminggu.
“Bayangkan ribuan orang tinggal di Lombok selama seminggu. Mereka butuh hotel, makan di restoran, hingga membeli kebutuhan harian. Perputaran ekonomi langsung terasa,” ungkapnya.
UMKM, Kuliner, dan Cendera Mata Tumbuh Pesat

Gelombang wisatawan olahraga yang hadir di Mandalika memberi dampak positif bagi pelaku usaha lokal. UMKM di sektor makanan, kerajinan, hingga cendera mata merasakan lonjakan permintaan. Tenun songket, mutiara Lombok, serta kuliner khas seperti ayam taliwang dan plecing kangkung menjadi primadona bagi penonton dan peserta balap dari berbagai negara.
Selain itu, MGPA juga menghadirkan program Pitlane Walk yang memungkinkan penonton bertemu langsung dengan tim balap, membeli merchandise, hingga berinteraksi dengan pembalap. Ajang ini menjadi ruang tambahan bagi UMKM dan pedagang lokal untuk memasarkan produknya di hadapan konsumen internasional.
Lonjakan Hotel dan Transportasi
Setiap kali event besar berlangsung, okupansi hotel di Mandalika dan sekitarnya selalu penuh. Bahkan, tiket pesawat menuju Lombok kerap habis terjual, termasuk rute internasional seperti Kuala Lumpur. Harga tiket yang melonjak menandakan tingginya minat wisatawan untuk menyaksikan langsung balapan di Mandalika.
Pertumbuhan ini memicu investasi baru di sektor perhotelan, akomodasi, dan transportasi. Hotel-hotel baru bermunculan, sementara jasa rental kendaraan dan pemandu wisata semakin ramai.
“Ini multiplier effect yang dirasakan secara luas, tidak hanya oleh mereka yang berada langsung di kawasan KEK,” jelas Samsul Purba.