Malam Satu Suro dalam Islam, Mitos atau Ada Dasar Hukumnya?

Mataram (NTBSatu) – Malam Satu Suro adalah malam pertama dalam kalender Jawa yang jatuh pada penghujung bulan besar. Mulai sejak matahari terbenam hingga fajar menyingsing pada tanggal 1 Suro, yang juga bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Dalam budaya masyarakat Jawa, malam ini memiliki makna spiritual yang kuat sebagai malam sakral yang penuh nuansa mistis.
Istilah Suroan merujuk pada peringatan malam 1 Suro yang sering diisi dengan berbagai ritual budaya. Di antaranya kirab pusaka, doa bersama (selametan), hingga menyendiri untuk introspeksi diri.
Kepercayaan yang berkembang menyebutkan, malam ini membawa aura gaib tertentu. Sehingga, banyak masyarakat meyakini bahwa keluar rumah saat malam 1 Suro bisa mengundang bahaya atau kesialan.
Pada tahun 2025, malam 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram 1447 H, jatuh pada hari Jumat Kliwon, 27 Juni. Kalender ini juga telah dikonfirmasi oleh Kementerian Agama RI sebagai bagian dari penanggalan resmi Jawa dan Hijriah.
Pandangan Islam Malam Satu Suro
Namun, bagaimana pandangan Islam terhadap keyakinan dan larangan yang berkembang pada malam tersebut?
Dalam pemahaman Islam, kepercayaan terhadap hal-hal yang tidak memiliki dasar syar’i termasuk dalam kategori tathayyur.
Konsep tathayyur adalah bentuk prasangka buruk atau ketakutan, terhadap sesuatu yang dianggap membawa sial tanpa dasar yang jelas. Misalnya, larangan keluar rumah pada malam tertentu karena diyakini ada energi negatif.
Pandangan ini sejalan dengan pemaparan Ghoffar Ismail dalam kajian Muhammadiyah berjudul “Pandangan Muhammadiyah terhadap Mitos-mitos Bulan Muharram”.
Ia menegaskan, segala bentuk mitos yang menakut-nakuti tanpa dalil kuat bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam.
Imam Malik juga mengingatkan, semua hari dalam Islam adalah baik. Tidak ada hari yang membawa celaka atau keberuntungan secara khusus.
Setiap hari adalah milik Allah dan manusia bebas beraktivitas kapan pun, tanpa harus khawatir akan musibah yang diyakini datang karena waktu tertentu.
Alih-alih terjebak pada mitos, umat Islam disarankan memaknai malam 1 Suro sebagai momentum spiritual. Aktivitas seperti berziarah, bersedekah, serta membaca Al-Qur’an menjadi pilihan bijak untuk mendekatkan diri kepada Allah, tanpa rasa takut akan mitos kesialan yang berkembang di masyarakat. (*)