Mataram (NTBSatu) – Kolektif media musik asal Kota Mataram, Beatriff menggelar Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” di MVP Coffe Company, Sabtu, 7 Juni 2025. Buku ini merupakan sebuah kompilasi esai yang merekam berbagai pemikiran dan refleksi seputar dunia musik.
Acara tersebut menampilkan sesi penampilan musik dari Ross Famz dan acara sepenuhnya dipandu Kadek Osi.
Direktuf Beatriff, Gilang Sakti Ramadhan mengatakan, buku ini menjadi penanda dalam upaya Beatriff membangun ruang produksi pengetahuan yang lebih inklusif. Khususnya dalam wacana musik yang tidak hanya sebagai produk hiburan semata, melainkan juga sebagai medan sosial, budaya, dan politik.
Selain itu, pesta perilisan ini sekaligus menjadi bentuk apresiasi terhadap para penulis yang selama ini telah menyumbangkan gagasannya melalui kanal digital Beatriff, yang kini dikurasi dan diterbitkan dalam format buku cetak.
“Isi buku mencakup pembahasan tentang mekanisme industri musik, baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Hingga persoalan-persoalan struktural dan kultural yang berlangsung di luar sistem formal. Beberapa esai menyoroti kerja kolektif dalam skena musik, posisi musisi dalam ekosistem kreatif, serta relasi dan peran-peran musik lainnya,” kata Gilang dalam siaran pers yang NTBSatu terima, Kamis, 12 Juni 2025.
Gilang menegaskan, sebagai ruang simpan kolektif, buku “(Se-)Putar Musik” tidak hanya mengarsipkan pemikiran. Tetapi juga, menawarkan titik berangkat baru bagi pembacaan musik yang lebih tajam dan kontekstual.
Diskusi yang menyertai peluncuran buku ini turut memperkuat posisi Beatriff sebagai ruang alternatif dalam lanskap kritik dan kajian musik.
Menyoal proses seleksi tulisan di kanal digital Beatriff, Gilang menyebutkan, proses kurasi tanpa kriteria tematik atau metodologis yang kaku.
Selama tulisan mengangkat topik seputar musik dan mampu menyajikan argumen yang dapat dipertanggungjawabkan, ujarnya, maka tulisan tersebut layak untuk diterbitkan. Pendekatan ini membuka kemungkinan munculnya suara-suara yang selama ini jarang terdengar dalam diskursus musik arus utama.
“Buku “(Se-)Putar Musik”, dengan demikian, tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi. Tetapi juga, sebagai kontribusi aktif terhadap pembentukan lanskap intelektual yang lebih inklusif dan reflektif dalam studi musik kontemporer,” tutup Gilang.
Proses Kreatif Buku “(Se-)Putar Musik”

Sementara itu, editor “(Se-)Putar Musik”, Kiki Sulistyo menceritakan bahwa ia membaca satu persatu tulisan yang sebelumnya telah disiarkan di kanal digital. Lalu melakukan editing minor terhadapnya.
Ia menjernihkan kalimat, menyiangi bagian-bagian yang tidak perlu, melengkapi data, merapikan struktur, serta mengubah beberapa judul agar lebih menyaran ke isi. Setelah itu, memasukkan tiap-tiap tulisan ke kategori yang dibuat berdasarkan pokok bahasan. Ada beberapa kategori yang terbentuk.
“Rampung menyunting, saya melihat kategori-kategori itu tidak menghasilkan jumlah yang seimbang. Maka, beberapa kategori saya satukan dengan pertimbangan kedekatan pokok bahasan. Dengan cara ini, jumlah kategori mengecil, tapi isi masing-masing kategori relatif seimbang. Akhirnya, setelah menakar dan menukar, ada tiga kategori yang pas, dan itulah bagian-bagian dalam buku ini,” ucap Kiki.
Kiki mengibaratkan, kumpulan esai ini sebagai produk musik yang mengalami proses transformasi bentuk. Jika versi digital yang sebelumnya Beatriff terbitkan melalui kanal digital dapat dianalogikan sebagai demo version atau radio version, maka versi cetak ini hadir sebagai album version, lebih utuh, tersusun, dan terjaga.
“Buku ini, menyerupai triple album dalam dunia musik populer, seperti Atum: A Rock Opera in Three Acts dari The Smashing Pumpkins, namun dalam bentuk tulisan. Selain itu, sebagai ruang-simpan bagi hal-hal yang berkisar di tengah mekanisme industri, di tengah produksi dan konsumsi musik, buku ini juga bisa menjadi bacaan yang memicu. Sebab, setiap tulisan di dalamnya mengandung pokok bahasan yang bagus untuk dipikirkan dan ditelusuri lebih jauh lagi,” tandas Kiki. (*)