ADVERTORIALPendidikan

Perjuangan Nur Komalasari, Mahasiswi PGSD STKIP Tamsis Bima hingga Jadi Atlet Voli NTB

Mataram (NTBSatu) – Tidak banyak yang tahu, di balik penampilannya yang tenang di kelas PGSD, Nur Komalasari adalah atlet voli yang telah mewakili NTB hingga tingkat nasional.

Di kampus, ia bukan hanya mahasiswi biasa. Ia adalah simbol perjuangan: belajar, bertanding, dan bertahan. Ketekunan itulah yang membawanya menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa-mahasiswi lainnya, terutama yang datang dari kampung dan punya mimpi besar.

Nur Komalasari lahir dan besar di Talabiu, sebuah desa yang sederhana di Kabupaten Bima. Ketertarikannya pada voli mulai sejak kelas 3 SD.

Ia aktif mengikuti kejuaraan O2SN hingga akhirnya mewakili Bima di tingkat provinsi, bahkan sampai ke ajang nasional membawa nama NTB.

IKLAN

“Lewat voli, saya bukan hanya bertanding. Saya belajar mengenal orang-orang hebat, membantu ekonomi keluarga meskipun sedikit, dan menemukan harga diri saya,” ucapnya.

Saat memutuskan kuliah, pilihannya jatuh pada STKIP Taman Siswa Bima. Menurutnya, Tamsis adalah kampus ternama di Bima, tempat mahasiswa berprestasi dibentuk dan dihargai.

“Di sini, prestasi bukan hanya dinilai, tapi diasah dan diberi ruang. Saya bangga menjadi bagian dari kampus ini,” tuturnya.

Ia masuk tim voli kampus, setelah diajak adiknya yang juga satu tim di kampung halaman. Sejak saat itu, nama Nur mulai dikenal sebagai atlet andalan kampus.

Tantangan Kuliah Sambil Latihan

Namun, jalan yang ia lalui tidak selalu mudah. Mengatur waktu menjadi tantangan tersendiri. Pagi untuk kuliah, sore untuk tugas, malam untuk latihan.

Ia pernah tertinggal materi kuliah karena turnamen, tapi keyakinan ‘tidak ada usaha yang mengkhianati hasil’ membuatnya tetap teguh.

IKLAN

“Saya yakin, sabar itu kuncinya. Teman-teman banyak yang dukung, bahkan dosen-dosen pun bangga saat tahu saya membawa nama kampus di kejuaraan,” katanya.

Salah satu momen paling berkesan, saat ia dan tim berhasil menjuarai turnamen voli antar kampus di Universitas Muhammadiyah Bima. Baginya, itu seperti menulis sejarah kecil sebelum menutup masa kuliah.

“Itu kesempatan terakhir saya bertanding antar kampus. Tapi saya bangga, saya bisa membawa nama baik Tamsis,” ucapnya sambil tersenyum.

Sebentar lagi, Nur akan wisuda. Ada haru dan suka yang bercampur di dadanya.

“Kelulusan ini bukan akhir. Ini awal perjalanan saya untuk mencari jati diri. Entah lanjut kuliah, bekerja, atau tetap mengabdi di dunia olahraga,” katanya.

Ia berharap tetap bisa berkiprah di dunia olahraga, karena dunia itulah yang telah membentuknya menjadi seperti sekarang.

Dalam senyum Nur Komalasari, ada semangat juang seorang mahasiswi dari desa kecil yang berani bermimpi besar. Ia adalah bukti bahwa prestasi tidak selalu lahir dari fasilitas mewah, tapi dari tekad yang tak pernah goyah.

Untuk teman-temannya, ia berpesan agar terus mengasah prestasi, menekuni hobi, dan jangan takut gagal.

“Tidak ada usaha yang sia-sia,” tuturnya.

Maka, ketika nanti nama Nur Komalasari disebut di podium wisuda, itu bukan hanya nama yang lulus. Itu nama yang pernah menjulang di lapangan voli, dan kini bersinar di panggung kehidupan. (*)

Berita Terkait

Back to top button