ADVERTORIAL

Kisah M. Syafiullah, Menanam Harapan di Sekolah Terpencil, Menuai Hikmah di Panggung Tilawah

Mataram (NTBSatu) – Tidak ada yang lebih membekas dalam ingatan M. Syafiullah, mahasiswa angkatan 2021 STKIP Taman Siswa Bima. Selain saat ia menjejakkan kaki pertama kali di sebuah sekolah pelosok dalam program Kampus Mengajar Angkatan V. Sekolah itu tidak mewah. Bahkan, ruang belajarnya jauh dari kata layak.

Tapi di mata Syafiullah, tempat itu justru menyimpan semangat belajar yang luar biasa. Di sanalah ia bukan hanya menjadi pengajar—tetapi juga menjadi kawan, pendengar, sekaligus pembangun harapan bagi siswa-siswa yang barangkali belum banyak disentuh kemajuan.

“Saya belajar bahwa pendidikan bukan sekadar soal transfer ilmu. Tapi soal menciptakan hubungan yang membuat anak-anak merasa berarti,” tuturnya.

Jejaknya tak hanya berhenti di ruang kelas. Di tahun yang sama, ia menjadi bagian dari tim acara di Pagelaran Anak Nusantara Nasional 2023. Bekerja dengan tim lintas daerah, Syafiullah belajar tentang koordinasi, kepemimpinan, dan mengatasi tantangan dengan kepala dingin. Pengalaman ini memperkuat keyakinannya bahwa kontribusi bisa lahir dari banyak ruang, tidak hanya lewat teori, tetapi juga lewat praktik nyata.

IKLAN

Syafiullah juga membuktikan kiprahnya lewat skripsi yang mengangkat inovasi media belajar. Ia mengembangkan media kartu interaktif berbasis Wordwall untuk pembelajaran IPAS SD, yang tak hanya selesai tepat waktu, tapi juga dipublikasikan di jurnal Sinta 4.

Bagi Syafiullah, riset bukan sekadar syarat kelulusan—tetapi bentuk tanggung jawab akademik terhadap kemajuan pembelajaran di sekolah dasar.

Prestasi di Bidang Tilawah

Dunia tilawah menjadi ruang batin yang ia jaga dengan setia. Dalam MTQ tingkat kabupaten dan provinsi, Syafiullah mengukir prestasi membanggakan: Juara 1 Sahil Quran tingkat kabupaten dan Juara 3 Provinsi sebagai penceramah.

IKLAN

“Prestasi itu bukan sekadar kemenangan. Tapi pengingat bahwa suara dan pesan kita bisa membawa nilai baik ke ruang yang lebih luas,” katanya.

Syafiullah juga aktif dalam Program PMM 3, kegiatan pengabdian masyarakat bersama dosen, hingga menyelesaikan sidang akhir pada 27 Maret 2025. Sebuah pencapaian yang menjadi penanda bahwa semua proses panjang akhirnya sampai di tujuan.

Bagi Syafiullah, menjadi pendidik bukan soal gelar semata. Ini tentang merawat harapan, menjadi jembatan antara keterbatasan dan kemungkinan. Ia percaya, perubahan besar berawal dari langkah kecil, dan ia memilih untuk terus melangkah, setia pada misi pendidikan yang ia yakini sejak awal. (*)

Berita Terkait

Back to top button