ADVERTORIALPendidikan

Syafiullah, Mahasiswa STKIP Tamsis Bima Lulus 3,5 Tahun dengan IPK 3.87

Mataram (NTBSatu) – M. Syafiullah, lulusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP Taman Siswa (Tamsis) Bima, kini menginspirasi banyak mahaasiswa lain.

Pasalnya, pemuda asal Kecamatan Sape, Kabupaten Bima ini berhasil menuntaskan studinya dalam waktu 3,5 tahun dengan IPK 3.87. Raihan IPK tersebut nyaris sempurna.

Keputusan mahasiswa yang biasa disapa Ofan untuk kuliah di STKIP Tamsis Bima, berangkat dari kedekatan geografis dan reputasi kampus dalam bidang pendidikan. Namun, apa yang ia dapatkan jauh melampaui ekspektasi.

“Kampus ini bukan cuma tempat belajar, tapi tempat tumbuh. Dosen-dosennya luar biasa. Dukungan dan pengalaman yang saya dapat di sini sangat berharga,” ungkapnya, Selasa, 6 Mei 2025.

Perjalanan akademik Ofan mulai menemukan arah saat memasuki semester tiga. Ia mulai menata strategi agar dapat menyelesaikan studi lebih cepat tanpa mengorbankan kualitas.

IKLAN

Salah satu keputusan penting dalam hidupnya adalah mengikuti Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Termasuk pertukaran mahasiswa ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

“Di UPI, saya belajar untuk lebih terbuka, lebih fleksibel. Saya bertemu mahasiswa dari berbagai latar belakang budaya dan sistem belajar yang sangat dinamis. Itu benar-benar membuka wawasan saya tentang pendidikan,” tuturnya.

Mampu Pertahankan Nilai di Tengah Kesibukan Berorganisasi

Tantangan tentu tak sedikit. Menjaga nilai tetap prima sambil aktif dalam organisasi, mengikuti seminar, menjadi MC di berbagai kegiatan kampus. Bahkan ikut lomba MTQ tingkat provinsi dan proyek hibah penelitian, semua ia jalani dengan manajemen waktu yang ketat dan semangat yang tak mudah padam.

IKLAN

Kebiasaannya merangkum materi secara ringkas dan fokus, serta berdiskusi lintas budaya selama di UPI, terbukti ampuh dalam mendongkrak pemahamannya. Ia juga mengaku sangat terbantu oleh dosennya, serta dukungan penuh dari keluarga di rumah.

Namun, pengalaman paling membentuk menurutnya tetaplah program MBKM di UPI Bandung.

“Di sana saya nggak cuma belajar teori. Saya belajar komunikasi lintas budaya, belajar memahami perbedaan, dan mengasah kemampuan berpikir kritis,” kenangnya.

Motivasinya untuk lulus lebih cepat sangat personal dan penuh makna. “Saya ingin jadi agen perubahan di dunia pendidikan, terutama di daerah asal saya. Lulus cepat artinya saya bisa segera berkontribusi,” katanya penuh tekad.

Setelah lulus, Syafiullah berencana melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, dengan fokus pada pendidikan multikultural. Ia percaya bahwa pendidikan bukan sekadar menyampaikan materi, tapi bagaimana menciptakan ruang belajar yang inklusif dan inspiratif.

Untuk mahasiswa lainnya, ia menitip pesan mendalam. “Pendidikan bukan lomba. Temukan alasan besar kenapa kamu kuliah. Ambil peluang sebanyak-banyaknya, keluar dari zona nyaman, dan terus bergerak. Karena sekecil apa pun langkahmu hari ini, itu bisa jadi pijakan besar untuk masa depan,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait

Back to top button